Selasa, 14 Maret 2017

PERWUJUDAN PERILAKU BELAJAR (KREATIF, INOVATIF, BERPIKIR RASIONAL DAN KRITIS, BERPIKIR ASOSIATIF DAN DAYA INGAT)




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah Psikologi Pendidikan ini. Dalam proses pengumpulan data-data dan juga proses pembuatan makalah ini tidak lepas dari kerja keras kelompok kami.
Makalah tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang salah satunya membahas mengenai ”Pewujudan Perilaku Belajar (Kreatif, Inovatif, Berfikir Rasional dan Kritis, Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat”, telah diselesaikan. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk meningkatkan minat baca para Mahasiswa supaya lebih giat lagi dalam mencari ilmu, baik pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan  maupun yang lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini, baik ditinjau dari segi sistem penulisan maupun dari segi teknik pengolahan kata, masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan segala kritik dan saran yang konstruktif guna mencapai tahap kesempurnaan.
Serang, April 2016


Tim Penyusun






DAFTAR ISI





BAB I

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam  penyelenggaraan tiap jenis dan jenjang pendidikan, ini berarti behasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan  itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2010:87).
Belajar itu sendiri dapat diartikan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Adapun menurut Skinner  (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:9) berpendapat bahwa “belajar adalah suatu perilaku”. Pada saaat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Skinner, seperti juga Pavlov dan Gagne adalah sebagai pakar teori belajar berdasarkan proses kondisioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus dengan respon meskipun banyak yang menentang eksperimen mereka karena menggunakan hewan, tetapi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku.
Belajar merupakan bukan hanya pada aspek kognitif dan pengetahuan saja akan tetapi dalam proses belajar terdapat proses perubahan perilaku yang terwujud ke arah positif. Perwujudan perilaku belajar juga disebut sebagai manifestasi perilaku belajar. Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut: 1) kebiasaan; 2) keterampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5) berpikir rasional; 6) sikap; 7) inihibisi; 8) apresiasi; dan 9) tingkah laku efektif. Timbulnya sikap dan kesanggupan yang konstruptif, juga berpikir kritis dan kreatif, seperti yang dikemukakan sebagian ahli (Syah, 2010:116). Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk memperluas pemahaman mengenai ke-empat perwujudan perilaku belajar tersebut.

    1. Rumusan Masalah

Agar makalah ini tetap terfokus sesuai dengan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana perwujudan perilaku belajar (kreatif, inovatif, berpikir rasional dan kritis, berpikir asosiatif, dan daya ingat) ?”

Pertanyaan Psikologi

  1. Apa hubungan kreatif dan inovatif? Apakah orang yang kreatif juga inovatif?
Jawab: Kreatif dan inovatif merupakan dua hal yang saling berhubungan. Karena seseorang yang kreatif memiliki ssifat-sifat yang menjadikannya seseorang yang inovatif begitupun sebaliknya, seseorang yang inovatif sudah pasti kreatif. Adapun penguat dari jawaban ini bisa dipantau dari kedua ciri-ciri mereka.
Wilson (Sudiarta, 2007: 1014) (dalam jurnal Supardi, 2012) memberikan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:

Aspek-Aspek Belajar dan Hambatan-Hambatan Dalam Belajar

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Aspek-Aspek Belajar dan Hambatan-Hambatan Dalam Belajar
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

C:\Users\Wiwi\Desktop\20150315070348!Lambang_Untirta.jpg

Tim Penyusun Kelompok 4:
Rizqi Amalia Hidayah (2225150001)
Arisal Caisar (2225150002)
Tuti Alawiyah (2225150017)
Siti Nurul Afifah (2225150020)
Jesika Pratiwi (2225150025)

Sabtu, 31 Desember 2016

4 Pertanyaan Immanuel Kant

Menurut Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.

Jumat, 09 Desember 2016

Kesimpulan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Etika

Ada dua penjelasan dalam menangani banyak kasus, yang pertama adalah undang-undang dan yang kedua adalah pendidikan formal. Tujuannya untuk merubah perilaku masyarakat dan melakukan yang terbaik untuk menghilangkan bahasa yang rasis yang bersifat menghasut. Tujuan tersebut dapat terwujud apabila sejolah dapat menciptakan etos yang positif mendukung dan menghormati anata orang dari kelompok etnis yang berbeda.  Media masa berpengaruh terhadap perubahan. Sebagian besar opini  masyarakat berasal melalui media. Dalam kasus apapun, pendidikan formal perlu memperhitungkan dan peringatan orang untuk kekuatan media massa.

Ingin merubahnya atau tidak?

Hasilnya sejauh ini adalah bahwa kita dapat membuat perbedaan untuk lingkungan etis kita. Pada bagian, kita membuat perbedaan ini melalui apa yang kita lakukan dan katakan, tanpa bertujuan untuk membuat perbedaan tersebut. Tapi kita bisa juga sadar memiliki tujuan seperti itu.
Apa, lebih tepatnya, mungkin bahwa tujuan itu adalah Asumsi yang akan dimulai bahwa kita ingin perubahan lingkungan etis kita untuk menjadi perbaikan daripada mengalami kerusakan. Logikanya, tidak akan diambil begitu saja bahwa ada ruang untuk perbaikan. Mungkin lingkungan etika di mana kita sekarang hidup adalah yang terbaik yang bisa, sehingga setiap perubahan harus kemerosotan; tapi pernah menyatakan bahwa tampaknya sebuah spekulasi tidak masuk akal. Ada terlalu banyak contoh siap untuk tangan kebiadaban manusia ke manusia lainnya, belum lagi terlalu banyak kasus orang melakukan apa-apa untuk memperbaiki nasib orang lain ketika mereka bisa melakukan sesuatu. Setiap perubahan dalam iklim sekitarnya ide-ide yang akan memiliki pengaruh menahan pada kekejaman, atau yang akan kondusif untuk kebaikan yang lebih positif, pasti akan menjadi perbaikan. Tapi ada pemikiran yang agak berbeda yang mungkin memiliki kekuatan lebih. Mereka yang khawatir dengan pemikiran ini mungkin mengungkapkan sebagai berikut: lingkungan etis kita memiliki kekuatan apa pun itu saja sejauh kita tidak berpikir itu terbuka untuk manipulasi sadar. Setelah kami berpikir bahwa itu adalah terbuka bagi kita untuk mengubahnya, maka akan berhenti untuk memiliki kekuatan itu, dan kemudian akan lebih mudah untuk mengabaikannya. Jadi setiap perubahan, bahkan salah satu yang tampaknya menjadi lebih baik, membawa bahaya yang lebih besar dengan itu.

Bagaimana Mengubah Lingkungan Etika?

Perubahan lingkungan etika, menarik perhatian keberadaan kita secara aktif untuk terlibat dalam perubahan, ada beberapa orang yang menganggap bahwa lingkungan etika tidak dapat dirubah, padahal kita sadar dan sengaja bahwa kita sendiri dapat mengubahnya. Dan untuk pikiran itu membaik atau deterior, hal itu belum mengatakan bahwa kita bisa melakukan apa-apa tentang meningkatkan atau membalikkan perubahan tersebut. Sampai baru-baru, ketika orang-orang melihat perubahan yang terjadi dengan di lingkungan fisik di sekitar mereka, mereka bertanggung jawab untuk berfikiran bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan tentang perubahan ini bahkan jika mereka menjadi buruk. Sekarang kita menyadari sejauh mana kita telah membawa perubahan dalam lingkungan fisik di masa lalu melalui aktivitas manusia kita sendiri. Kita juga mengakui bahwa kegiatan kita akan terus memiliki efek pada lingkungan di masa depan, dan bahwa melalui keputusan yang kita buat, kita bisa untuk beberapa derajat mengubah kualitas dan tingkat efek-efek.