Model Konsep Kurikulum
- Model Humanistik
A. Konsep dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (Personalized Education) yaitu Jhon Dewey (Progressive Education) dan J.J Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama epada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Menurut Mc Neil “The new humanists are self actualizers who see curriculum as a liberating process that can meet the need for growth and personal integrity ( Jhon D. Mc Neil, 1977, hlm.1). Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitu pendidikan: Konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mistikisme modern.
B. Kurikulum Konfluen
Dikembangkan oleh para ahli pendidikan konfluen, yang ingin menyatukan segi-segi afektif dengan segi-segi kognitif. Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan yang mengandung segi afektif.
C. Ciri-ciri kurikulum konfluen
Partisipasi. Menekankan partisipasi murid dalam belajar. Melalui partisipasi dalam kegiatan bersama, murid-murid dapat mengadakan perundingan, persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung jawab. Ini menunjukkan ciri yang non-otoriter dari pendidikan konfluen.
Integrasi. Melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan dan juga tidakan.
Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan kehidupan murid karena diambil dari dunia murid sendiri.
Pribadi anak. Pendidikan memberi tempat utama pada pribadi anak.
Tujuan. Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh, yang serasi baik di dalam diri maupun lingkungan secara menyeluruh.
C. Metode-metode belajar konfluen
Pengajaran konfluen juga telah tersusun dalam bentuk rencana-rencana pelajaran, unti-unit pelajaran yang telah diujicobakan. Kebanyakan bahan tersebut diajarkan dengan teknik afektif. Berbeda dengan pengembang kurikulum lain, para penyusun kurikulum konfluen tidak menuntut para guru melaksanakan pengajaran seperti yang mereka kerjakan.
Pengajaran humanistic memfokuskan proses aktualisasi diri (self actualization). Setiap orang mempunyai self (aku = diri) yang tidak selalu disadari, tersembunyi atau tertutup. Aku atau diri ini perlu dibuka, atau dibangunkan melalui pendidikan.
Kurikulum humanistik dapat membantu mereka memperlancar proses aktualisasi diri ini. Melalui berbagai kegiatan pengajaran model humanistic para siswa dapat menyatakan diri, bereksperesi, bereksperimen, berbuat, memperoleh umpan balik dan menemukan dirinya.
Karakteristik kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi, isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman (pengetahuan red) berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya.
Sesuai prinsip yang dianut, kurikulum humanistik menekankan integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. kurikulum humanistik juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens murid-murid kurang mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek perkembangannya.
Dalam evaluasi, kurikulum humanistik berbeda dengan biasa. Modl lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum yang biasa terutama subjek akademis mempunyai kriteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistik tidak ada kriteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.
- Model Subjek Akademik
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua. Sampai sekarang, walaupun telah berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini karena kurikulum ini sangat praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya.
Kurikulum subjek Akademik bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.
Karena kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka. pendidikannya lebih bersifat intelektual. Kurikulum subjek akademik tidak berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa.
Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum Subjek Akademik.
Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingatnya.
Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajar tersusun atas satuan-satuan alam, proses kerja ilmiah dan problema-problema yang ada. mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum). Ada beberapa ciri model kurikulum yang dikembangkan.
Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan (unifying theme), yang dapat terdiri atas ide atau konsep besar yang dapat mencakup semua ilmu atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam , atau masalah sosial yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
Menyatukan kegiatan belajar dari berbagai disiplin ilmu. Kegiatan belajar melibatkan isi dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial atau perilaku yang mempunyai hubungan dengan tema yang dipilih/dikeejakan.
Menyatukan berbagai cara/metode belajar. Kegiatan belajar ditekankan pada pengalaman konkret yang bertolak dari minat dan kebutuhan murid serta disesuaikan dengan keadaan setempat.
Pendekatan ketiga, adalah yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis.
A. Ciri-ciri kurikulum subjek akademik
Kurikulum subjek akademik mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademik adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses "penelitian". Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa diharapkan memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademik adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasia . konsep utama disusun secara sistematis, dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademik. Pola-pola organisasi yang terpenting diantaranya:
° Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
° Unified atau Concertrated curriculum adalah pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
Integrated curriculum. Kalau dalam unidied masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. bahan ajar diintegrasikan dalam suatu oeraoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
° Problem Solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Tentang kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay test) daripada tes objektif. Bidang studi seni yang sifatnya ekspresi membutuhkan penilaian subjektif yang jujur, disampingnya standar keindahan dan cita rasa. Lain halnya dengan matematika, nilai tertinggi diberikan bila siswa menguasai landasan aksioma serta cara perhitungannya benar.
Pemilihan disiplin ilmu
Masalah besar yang dihadapi oleh para pengembang yang kurikulum subjek akademik adalah bagaimana menikmati pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmunya harus sedikit. Apabila hanya mempelajari sedikit disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak, maka tahap penguasaannya akan mendangkal.
Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak
Pengembang kurikulum subjek akademik, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. para ahli kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal, mereka mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.
- Model Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi Sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan internasional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama.
Para rekonstruksi sosial tidak mau terlalu menekankan kebebasan individu. Mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana masyarakat membuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan pribadi melalui konsensus sosial. Para rekonstruksionis sosial menentang intimidasi, menakut-nakuti dan kompromi semu. Mereka mendorong agar para siswa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang mendesak (crucial) dan kerja sama atau gotong royong untuk memecahkannya.
Desain kurikulum rekonstruksi sosial
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini.
Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi soal adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini. dapat dikaji dalam kurikulum.
Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam pertanyaan yang mengundang pengungkapan lebih mendalam, bukan saja dari buku-buku dan kegiatan laboratorium tetapi juga dari kehidupan nyata dalam masyarakat
Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama yang dijabarkan sejumlah topik yang dibahas dalam diskusi kelompok, latihan, kunjungan tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.
Komponen-komponen kurikulum
Kurikulum rekonstruksi sosial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuk nya berbeda.
Tujuan dan isi kurikulum. Tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
Metode. Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan Nasional dengan tujuan siswa. Dalam kegiatan belajar tidak ada kompetisi yang ada adalah kooperasi atau kerja sama, saling pengertian dan konsensus. Dengan hal itu diharapkan para siswa dapat menciptakan model-model kasar dari situasi yang akan datang.
Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat.
Pelaksanaan pengajaran rekonstruksi sosial
Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka.
Salah satu badan yang banyak mengembangkan baik teori maupun praktik pengajaran rekonstruksi sosial adalah Paulo Freize. Mereka banyak membantu pengembangan daerah-daerah di Amerika Latin. Untuk memerangi kebodohan dan keterbelakangan mereka menggalakkan gerakan budaya akal budi (conscientization), yaitu proses pendidikan atau pengajaran dimana siswa tidak diperlakukan sebagai penerima tetapi pelajar yang aktif.
Pandangan rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinan kemampuan manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya tentang peranan ilmu dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pendidikan menilai pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum (pendidikan) karena interpretasi para ahli tentang perkembangan dan masalah sosial berbeda.
- Model Teknologis (sistemik)
Beberapa ciri kurikulum teknologis
Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut tujuan objektif atau tujuan instruksionalm
Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi.
Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada suatu pelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi normatif). Evaluasi yang mereka gunakan umumnya berbentuk tes objektif.
Pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum teknologi berpegang pada beberapa kriteria yaitu: 1) prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh pengembang kurikulum yang lain, 2) Hasil pengembangan terutama uang berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang, dan hendaknya memberikan hasil yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar