Dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan, antara sau ahli dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hampir sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi.
1. Arti
secara etimologi
Kata
filsafat dalam bahasa arab falsafah yang
dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy,
adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Terdiri atas kata philein yang
berarticinta (love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi
filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love
of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.
2. Arti
secara terminologi
Maksudnya arti yang dikandung oleh
istilah atau statemen ‘filsafat’. Lantaran batasan filsafat itu banyak, maka
sebagai gambaran dikenalkan beberapa batasan.
Apa Itu Objek Filsafat?
Objek Material Filsafat
Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret atau pun hal yang abstrak.
Setelah meneropong berbagai pendapat dari para ahli tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa objek material dari filsafat adalah sangat luas yaitu yang mencakup segala sesuatu yang ada.
Objek Formal Filsafat
Objek formal, yaitu suatu sudut pandangan yang ditunjukkan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya ojek materialnya adalah "manusia" dan manusia ini ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
Objek formal filsafat yaitu sudut pandangan yang menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materialnya. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm.6). Jadi yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek material dan objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun objek formalnya membahas objek itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.
Asal dan Peranan Filsafat
Asal filsafat ada tiga hal yang mendorong manusia untuk 'berfilsafat' , yaitu sebagai berikut.
Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran (dalam bahasa Yunani thaumasia) sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan: "Mata kita memberi pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit. pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal dari filsafat".
Kesangsian
Filsuf - filsuf lain, seperti Augustinus (2514-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalau heran? apakah kita tidak hanya melihat yang ingin. Kita lihat? Dimana dapat ditemukan kepastian karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan dan interpretasi.
Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai 'berfilsafat' jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas (Harry Hamersma, 1988, hlm.11)
Peranan Filsafat
Menyimak sebab - sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang telah diperankannya ialah sebagai pendobrak, pembebasan, dan pembimbing. (Jan Hendrik Rapar, 1996, hlm. 25-27)
Pendobrak
Manusia terlena dalam alam mistik dengan hal-hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos atau mite. Manusia menerima segala takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut, karena mereka beranggapan bahwa segala dongeng atau takhayul merupakan warisan tradisi dari nenek moyang, sedang tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu-gugat.
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral dan selama itu tidak boleh diganggu-gugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan mitis. Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima berbagai kebenaran semu yang menyesatkan.
secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis "penjara" yang hendak mempersempit ruang gerak akal Budi manusia.
Pembimbing
Bagaimanakah filsafat dapat membebaskan manusia dari segala jenis "penjara" yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia itu? Sesungguhnya, filsafat hanya sanggup melaksanakan perannya sebagai pembimbing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar