Jumat, 18 November 2016

Kebenaran Spiritual dan Kebenaran Matematika

Demikian QS Ali Imran ayat 60 yang berbunyi “Apa yang telah Kami ceritakan itu, itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu.”

Berdasarkan ayat-ayat ini, kami mengambil kesimpulan bahwa kebenaran menurut agama Islam adalah segala sesuatu yang berasal dari Allah SWT. Kebenaran tak hanya cukup diukur dengan rasio dan pengalaman individu. Kebenaran ini bersifat objektif, universal, dan berlaku bagi umat manusia, karena kebenaran ini bersumber dari Tuhan dan disampaikan melalui wahyu. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai mahluk pencari kebenaran, manusia mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak. Agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran. (Musrida. Irvan Jaya, 2010:115)


Pengertian ini terlihat bertolak belakang dengan matematika. Dimana matematika adalah ilmu yang menganut teori kebenaran sebagai Keteguhan. Teori ini dianut oleh kaum rasionalitas seperti Leibniz, Spinoza, Descartes, Heggel, dan lainnya. Kebenaran ditemukan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi yang sudah ada. Suatu pengetahuan, teori, pernyataan, proposisi atau hipotesis dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan, teori, proposisi atau hipotesis lainnya, yaitu kalau proposisi itu meneguhkan dan konsisten dengan proposisi sebelumnya yang dianggap benar. Matematika dan ilmu-ilmu pasti sangat menekankan teori kebenaran ini (Resnick, 1998).


Ada dua teori tentang kebenaran dalam matematika, yaitu teori korespondensi dan teori koherensi. Kebenaran adalah pengakuan realitas (hal ini dikenal sebagai teori kebenaran korespondensi) (Rand, 1982:16). Teori kebenaran korespondensi (the correspondence theory of truth) adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Contoh, “Semua manusia akan mati,” merupakan suatu pernyataan yang bernilai benar karena kenyataannya memang demikian. Hal ini membawa kita kepada pandangan bahwa kebenaran terdiri dalam beberapa bentuk korespondensi antara keyakinan dan fakta ” (quoted in Velasquez, 2005:446).


Teori Kebenaran Koherensi (Coherence Theory of Truth) berpandangan bahwa suatu pernyataan dikatakan benar bila terdapat kesesuaian antara pernyatan satu dengan pernyataan terdahulu atau lainnya dalam suatu sistem pengetahuan yang dianggap benar (Verhaak, 1989:123). Contohnya, pengetahuan Aljabar telah didasarkan pada pernyataan pangkal yang dianggap benar. Pernyataan yang dianggap benar itu disebut aksioma atau postulat.


Sebagaimana pendekatan dalam aritmatik, dimana pernyataan-pernyataan terjalin sangat teratur sehingga tiap pernyataan timbul dengan sendirinya dari pernyataan tanpa berkontradiksi dengan pernyataan-pernyataan lainnya. Matematika adalah bentuk pengetahuan yang penyusunannya dilakukan pembuktian berdasarkan teori koheren. Sistem matematika disusun atas beberapa dasar pernyataan yang dianggap benar (aksioma). Dengan mempergunakan beberapa aksioma, maka disusun suatu teorema. Berdasarkan teorema-lah, maka dikembangkan kaidah-kaidah matematika yang secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang konsisten (Hume,1977:194)


Dari sini kita dapat melihat perbedaan mencolok antara kebenaran dari sisi matematika dan dari sisi spiritual (keislaman). Mengesampingkan perbedaan tersebut, dalam artikel ini kami akan membahas kaitan antara kedua sudut pandang tersebut.


Peranan matematika dalam kehidupan pernah dilontarkan oleh seorang filsuf, ahli matematika, dan pemimpin spiritual Yunani, Phitagoras (569-500 SM), 10 abad sebelum kelahiran Rasulullah SAW. Phitagoras mengatakan, angka-angka mengatur segalanya. Kemudian, 10 abad setelah kelahiran Rasulullah SAW, Galileo Galilea (1564-1642 M), mengatakan: Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menulis alam semesta). Hal ini menunjukkan bahwa mereka mempercayai kekuatan angka-angka (bilangan) di dalam kehidupan. Senada dengan pendapat Galileo, “Perkembangan ilmu pengetahuan sempurna dan tidak membingungkan dan menjadi jelas jika dinyatakan dalam bentuk bilangan “(Pandey, 1991:103). Carl Sagan, seorang fisikawan dan penulis novel fiksi ilmiah, mengatakan, matematika sebagai bahasa yang universal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar