Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka harus melaksanakan tugas-tugas hidup yang dilaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka yang sederhana, di hutan rimba dan di gua batu, atau tempat lainnya, sampai kehidupan umat abad ini. Di dalam kehidupan manusia yang sederhana, mereka bersusah payah dan penuh kesulitan yang beragam dalam menghadapi perjuangan hidup, bersama dengan hewan dan makhluk lainnya dala memperebutkan makanan dan tempat tinggal. Dalam hati mereka, mungkin juga timbul pertanyaan sebagimana dilukiskan oleh H.V. Loon secara filosofis dalam bukunya “The story of Mankink” (Sejarah Umat Manusia).
Dalam tangkapan itu, timbullah pertanyan tentang diri sediri dan arti hidupnya, Oleh karena itu, wajib bagi manusia menyadari dengan sungguh-sungguh akan pertanyaan-pertanyaan seperti yang dilukiskannya, serta mencarikan jawaban secara filosofis pula. Den ini merupakan inti permasaahan filsafat yang meliputi umat manusia di jagad raya ini, sejak zaman purba hingga pada abad cybernetica sekarang ini, yang berkembang dalam otak dan pikiran manusia. Proses pemikiran manusia seperti ini dalam kehidupan manusia, juga mendasari perkembangan filsafat pendidikan atau sebagai dasar filsafat pendidikan.
Pada 1967 di Amerika Serikat (Willian Burg) di Virginia, pernah diadakan konvensi innternasional pendidikan yang membahas kritis dunia dalam pendidikan. Konvensi tersebut menganggap masalah pendidikan dunia berasal dari hubungan historis, dari fakor pertambahan jumah murid, kelangkaan sumber dana, biaya pendidikan meningkat, ketidakmampuan menyesuaikan hasil (relevansi pendidikan), kelambanan, dan ketidakefektivan.
Untuk memberikan jawaban atas problematika pendidikan di dunia internasional yang juga berlaku di Indonesia tersebut maka tenggung jawab kita bertambah berat, dan beberapa usaha terlah dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan nasional pendidikan kita (bidang garapan filsafat pendidikan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar