Universitas Sultan Ageng Tirtayasa adalah Perguruan
Tinggi Negeri sebagai transformasi dari Perguruan Tinggi Swasta berdiri tahun
tanggal 1 Oktober 1981 dan dinegerikan pada tanggal 9 Maret 2001 berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor : 32 Tahun 2001 merupakan institusi tertinggi
pendidikan formal bagi seorang yang ingin meningkatkan kualifikasi dan
kompetensinya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan sekaligus merupakan
sebuah entitas dan komunitas yang mempunyai karakteristik tersendiri dalam
struktur kehidupan masyarakat. Untirta tidak hanya bertugas mengantarkan para
peserta didiknya menjadi lulusan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang berkarakter semata akan tetapi juga menjadi tempat memelihara dan
mengembangkan, menyebarluaskan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sebagai bentuk tanggungjawab
profesional, sosial dan moralnya.
Terbangunnya atmosfare akademik perguruan tinggi merupakan salah satu pusat peradaban dan budaya suatu bangsa. Perilaku ilmiah, elegan, peduli sosial dan perilaku positif lain yang dilandasi nilai, norma dan etika akan menjadi menara api dan menara air yang akan menerangi, menyejukkan dan menunjukkan arah pengembangan kehidupan bangsa dan masyarakat.
Untirta sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki
tradisi cara hidup dari masyarakat ilmiah yang beragam yang bernaung dalam
sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan
objektivitas. Budaya tersebut dibangun berdasarkan prinsip kebebasan berpikir,
berpendapat, kebebasan akademik dan otonomi keilmuan dalam suasana akademik
yang dinamis, terbuka dan ilmiah.
Budaya belajar seperti ini merupakan budaya yang
universal dan hanya bisa dijumpai di dunia perguruan tinggi, artinya budaya
tersebut dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas
akademik di perguruan tinggi manapun. Budaya akademik yang mengedepankan
kebebasan akademik, menjunjung tinggi kebenaran ilmiah, objektivitas,
keterbukaan dan otonomi keilmuan akan menghadirkan perguruan tinggi tidak mudah
terpengaruh atau dikendalikan oleh kekuasaan atau kepentingan pragmatis. Budaya
akademik sebagai sistem nilai perguruan tinggi dalam konteks yang lebih jauh
akan memegang peran penting dalam pembangunan dan peradaban masyarakat, bangsa
dan negara secara keseluruhan.
Proses pendidikan di perguruan tinggi adalah sebuah
proses transformasi produktif untuk menghasilkan lulusan yang kompeten,
berkualitas dan berkarakter serta mampu memenuhi kebutuhan pengguna lulusan
sebagai sumber daya produktif di berbagai lapangan pekerjaan. Suasana yang
dibangun adalah menempatkan mahasiswa sebagai pusat pembelajaran (student
centered learning). Mahasiswa diposisikan dalam suasana kemitraan dan
secara bersama sama diajak menemukan kebenaran ilmiah melalui sebuah proses
pengkajian dan diskusi secara terbuka. Proses pembelajaran memberikan kebebasan
dan kesadaran serta menempatkan mahasiswa sebagai subjek dalam proses ini.
Suasana ini akan menghapuskan indoktrinasi yang seringkali dijumpai dalam
sebuah komunitas tradisional dan tertutup yang menetapkan dosen sebagai
pemegang otoritas mutlak keilmuan dan diposisikan sebagai superior dibandingkan
mahasiswa.
Suasana akademik tersebut terwujud dalam
kegiatan-kegiatan penalaran dan keilmuan, pengembangan bakat, hobi, minat dalam
kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan oleh sivitas akademika yang meliputi
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas, tugas terstruktur, mandiri,
penelitian-penelitian, forum-forum diskusi, seminar, simposium dan lain-lain
serta pengabdian kepada masyarakat. Bahkan pengkajian tentang pengembangan
sikap dan kepribadian ilmiah serta agamis akan menjadi motor penggerak dalam
mewujudkan suasana akademik di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kondisi
seperti ini diwujudkan, dipelihara dan ditingkatkan secara persuasif, dinamis
dan berkelanjutan, sehingga terbangun suasana yang benar-benar kondusif untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Bangsa Indonesia saat ini menghadapi masalah serius
yaitu melemahnya karakter bangsa , akibatnya penyakit kronis mendera bangsa ini
antara lain budaya mementingkan diri sendiri, etos kerja yang rendah, praktik
korupsi, budaya tidak taat aturan, saling menyalahkan dan lain-lainnya.
Lemahnya karakter bangsa ditengarai merupakan salah
satu penyebab utama dari berbagai penyakit kronis dalam masyarakat. Melemahnya
karakter bangsa itu sangat disayangkan karena pada masa perjuangan kemerdekaan,
banyak pribadi yang muncul saat itu berkarakter kuat. "Kekuatan karakter
para pendiri bangsa saat itu, juga telah membuat mereka rela dan ikhlas memilih
kehidupan dalam penjara dan pengasingan demi sebuah cita, Indonesia merdeka.
Melemahnya karakter bangsa kita setelah 66 tahun merdeka adalah akibat logis,
dari mulai bertahtanya paham materialisme yang menjangkiti pikiran dan praktek
kehidupan sebagian besar bangsa Indonesia. "Hasrat mengagungkan kebendaan
yang tak terkendali telah memenuhi relung hati sebagian besar diantara kita,
sehingga tak lagi dapat membedakan antara kebenaran dengan kebatilan,"
Pengagungan terhadap kebendaan dan pola hidup konsumtif telah menjerumuskan
bangsa ini menjadi manusia-manusia egois yang tak lagi mampu bersimpati dan
berempati terhadap penderitaan banyak orang. Paham materialisme duniawi yang
salah kaprah telah melahirkan manusia-manusia serakah".
Seiring dengan melemhanya karakter bangsa dan masih
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, lembaga-lembaga Pendidikan di Indonesia
termasuk perguruan tinggi pada ia saat ini berada dalam posisi untuk menjawab
tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia disamping tantangan gobal. Berdasarkan
semangat ini, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berkomitmen mencari alternatif
dan solusi atas tantangan dan permasalahan yang dihadapi bangsa dan tantangan global,
mengembangkan pendidikan kepada para calon pemimpin masa depan dan memperkuat
kinerja akademiknya. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bercita-cita menjadi
institusi pendidikan tinggi yang inovatif, maju, bermutu dan berkarakter serta
terus melakukan adaptasi terhadap perubahan global.
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa memiliki keinginan
berkontribusi baik kepada masyarakat kepada masyarakat banten pada khususnya
dan Indonesia pada umumnya. Untuk mencapai harapan dan keinginan tersebut
selain terletak pada komitmen dan dedikasi para dosen dan staf, juga pada
semangat belajar mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan tridharma perguruan
tinggi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berikhtiar menawarkan pengalaman
akademik dan nonakademik yang luas, yang mencakup lingkungan, budaya sekaligus
juga kesempatan akademik.
Pada tahun-tahun mendatang , Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa membutuhkan penyediaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan
perkembangan jumlah mahasiswa yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi
kampus Untirta saat ini hanya seluas 2,7 ha di kampus Induk dan 4 ha di kampus
II Fakultas Teknik. Diantara beberapa langkah strategisnya adalah 1).
Mengembangkan sistem layanan dan penjaminan mutu akademik,2). Mengelola dan
mengembangkan sumber daya secara efektif dan efisien, 3). Menata tatapamong dan
tatakelola kelembagaan dan keuangan dalam rangka mewujudkan organisasi yang
sehat, 4). Mememperkuat akuntabilitas dan meningkatkan citra universitas, 5).
Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi akuntabilitas dan
meningkatkan citra manajemen, 6) Mengembangkan kemitraan dengan pemerintah,
masyarakat, dunia usaha dan industri baik di dalam maupun luar negeri, 6)
Melakukan standarisasi mutu Pendidikan Tinggi Nasional.
Untuk membangun Untirta ke depan yang lebih baik, kita
membutuhkan sinergitas pada tingkat universitas. Sinergitas dalam artian
mengarahkan dan mengerahkan seluruh potensi pikiran, kekuatan dan waktu untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diinginkan, sehingga potensi tersebut tidak
terfragmentasi untuk melakukan hal-hal yang tidak relevan. Telah banyak cakupan
program dan kegiatan yang telah dilakukan masing-masing unit kerja di UNTIRTA,
hanya yang perlu diperhatikan adalah fokus dan terintegrasi. Jika hal tersebut
dapat diwujudkan maka diyakini akan terbuka peluang untuk menciptakan babakan
sejarah baru bagi UNTIRTA. Sinergitas sangat diperlukan saat ini, terutama
dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan UNTIRTA pada masa-masa
mendatang.
Untuk menghadapi tantangan Untirta ke depan tampaknya
perlu dikembangkan kepemimpinan yang melayani (servant leadership)
sebagaimana diintroduksi Greenleaf (1970). Bagi UNTIRTA yang sedang melewati
tahapan transformasi, meniscayakan pola dan gaya kepemimpinan yang dapat
mendengarkan suara hati, membangun komunitas yang menghargai perbedaan, memberi
dan menjadi contoh, membangun integritas, mengambil inisiatif, dan berorientasi
ke masa depan. Itu semua merupakan karakteristik kepemimpinan melayani (servant
leadership) yang perlu kita terapkan dalam proses transformasi di UNTIRTA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar