Minggu, 20 November 2016

Nilai Utama UNTIRTA

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa adalah Perguruan Tinggi Negeri sebagai transformasi dari Perguruan Tinggi Swasta berdiri tahun tanggal 1 Oktober 1981 dan dinegerikan pada tanggal 9 Maret 2001 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor : 32 Tahun 2001 merupakan institusi tertinggi pendidikan formal bagi seorang yang ingin meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan sekaligus merupakan sebuah entitas dan komunitas yang mempunyai karakteristik tersendiri dalam struktur kehidupan masyarakat. Untirta tidak hanya bertugas mengantarkan para peserta didiknya menjadi lulusan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkarakter semata akan tetapi juga menjadi tempat memelihara dan mengembangkan, menyebarluaskan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dibutuhkan oleh masyarakat luas sebagai bentuk tanggungjawab profesional, sosial dan moralnya.


Terbangunnya atmosfare akademik perguruan tinggi merupakan salah satu pusat peradaban dan budaya suatu bangsa. Perilaku ilmiah, elegan, peduli sosial dan perilaku positif lain yang dilandasi nilai, norma dan etika akan menjadi menara api dan menara air yang akan menerangi, menyejukkan dan menunjukkan arah pengembangan kehidupan bangsa dan masyarakat.

Untirta sebagai lembaga pendidikan tinggi memiliki tradisi cara hidup dari masyarakat ilmiah yang beragam yang bernaung dalam sebuah institusi yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran ilmiah dan objektivitas. Budaya tersebut dibangun berdasarkan prinsip kebebasan berpikir, berpendapat, kebebasan akademik dan otonomi keilmuan dalam suasana akademik yang dinamis, terbuka dan ilmiah.

Budaya belajar seperti ini merupakan budaya yang universal dan hanya bisa dijumpai di dunia perguruan tinggi, artinya budaya tersebut dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik di perguruan tinggi manapun. Budaya akademik yang mengedepankan kebebasan akademik, menjunjung tinggi kebenaran ilmiah, objektivitas, keterbukaan dan otonomi keilmuan akan menghadirkan perguruan tinggi tidak mudah terpengaruh atau dikendalikan oleh kekuasaan atau kepentingan pragmatis. Budaya akademik sebagai sistem nilai perguruan tinggi dalam konteks yang lebih jauh akan memegang peran penting dalam pembangunan dan peradaban masyarakat, bangsa dan negara secara keseluruhan.

Proses pendidikan di perguruan tinggi adalah sebuah proses transformasi produktif untuk menghasilkan lulusan yang kompeten, berkualitas dan berkarakter serta mampu memenuhi kebutuhan pengguna lulusan sebagai sumber daya produktif di berbagai lapangan pekerjaan. Suasana yang dibangun adalah menempatkan mahasiswa sebagai pusat pembelajaran (student centered learning). Mahasiswa diposisikan dalam suasana kemitraan dan secara bersama sama diajak menemukan kebenaran ilmiah melalui sebuah proses pengkajian dan diskusi secara terbuka. Proses pembelajaran memberikan kebebasan dan kesadaran serta menempatkan mahasiswa sebagai subjek dalam proses ini. Suasana ini akan menghapuskan indoktrinasi yang seringkali dijumpai dalam sebuah komunitas tradisional dan tertutup yang menetapkan dosen sebagai pemegang otoritas mutlak keilmuan dan diposisikan sebagai superior dibandingkan mahasiswa.

Suasana akademik tersebut terwujud dalam kegiatan-kegiatan penalaran dan keilmuan, pengembangan bakat, hobi, minat dalam kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan oleh sivitas akademika yang meliputi pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas, tugas terstruktur, mandiri, penelitian-penelitian, forum-forum diskusi, seminar, simposium dan lain-lain serta pengabdian kepada masyarakat. Bahkan pengkajian tentang pengembangan sikap dan kepribadian ilmiah serta agamis akan menjadi motor penggerak dalam mewujudkan suasana akademik di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Kondisi seperti ini diwujudkan, dipelihara dan ditingkatkan secara persuasif, dinamis dan berkelanjutan, sehingga terbangun suasana yang benar-benar kondusif untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Bangsa Indonesia saat ini menghadapi masalah serius yaitu melemahnya karakter bangsa , akibatnya penyakit kronis mendera bangsa ini antara lain budaya mementingkan diri sendiri, etos kerja yang rendah, praktik korupsi, budaya tidak taat aturan, saling menyalahkan dan lain-lainnya.

Lemahnya karakter bangsa ditengarai merupakan salah satu penyebab utama dari berbagai penyakit kronis dalam masyarakat. Melemahnya karakter bangsa itu sangat disayangkan karena pada masa perjuangan kemerdekaan, banyak pribadi yang muncul saat itu berkarakter kuat. "Kekuatan karakter para pendiri bangsa saat itu, juga telah membuat mereka rela dan ikhlas memilih kehidupan dalam penjara dan pengasingan demi sebuah cita, Indonesia merdeka. Melemahnya karakter bangsa kita setelah 66 tahun merdeka adalah akibat logis, dari mulai bertahtanya paham materialisme yang menjangkiti pikiran dan praktek kehidupan sebagian besar bangsa Indonesia. "Hasrat mengagungkan kebendaan yang tak terkendali telah memenuhi relung hati sebagian besar diantara kita, sehingga tak lagi dapat membedakan antara kebenaran dengan kebatilan," Pengagungan terhadap kebendaan dan pola hidup konsumtif telah menjerumuskan bangsa ini menjadi manusia-manusia egois yang tak lagi mampu bersimpati dan berempati terhadap penderitaan banyak orang. Paham materialisme duniawi yang salah kaprah telah melahirkan manusia-manusia serakah".

Seiring dengan melemhanya karakter bangsa dan masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, lembaga-lembaga Pendidikan di Indonesia termasuk perguruan tinggi pada ia saat ini berada dalam posisi untuk menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia disamping tantangan gobal. Berdasarkan semangat ini, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berkomitmen mencari alternatif dan solusi atas tantangan dan permasalahan yang dihadapi bangsa dan tantangan global, mengembangkan pendidikan kepada para calon pemimpin masa depan dan memperkuat kinerja akademiknya. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bercita-cita menjadi institusi pendidikan tinggi yang inovatif, maju, bermutu dan berkarakter serta terus melakukan adaptasi terhadap perubahan global.

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa memiliki keinginan berkontribusi baik kepada masyarakat kepada masyarakat banten pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Untuk mencapai harapan dan keinginan tersebut selain terletak pada komitmen dan dedikasi para dosen dan staf, juga pada semangat belajar mahasiswa dan dosen untuk melaksanakan tridharma perguruan tinggi. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berikhtiar menawarkan pengalaman akademik dan nonakademik yang luas, yang mencakup lingkungan, budaya sekaligus juga kesempatan akademik.

Pada tahun-tahun mendatang , Universitas Sultan Ageng Tirtayasa membutuhkan penyediaan sarana dan prasarana yang sesuai dengan perkembangan jumlah mahasiswa yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi kampus Untirta saat ini hanya seluas 2,7 ha di kampus Induk dan 4 ha di kampus II Fakultas Teknik. Diantara beberapa langkah strategisnya adalah 1). Mengembangkan sistem layanan dan penjaminan mutu akademik,2). Mengelola dan mengembangkan sumber daya secara efektif dan efisien, 3). Menata tatapamong dan tatakelola kelembagaan dan keuangan dalam rangka mewujudkan organisasi yang sehat, 4). Mememperkuat akuntabilitas dan meningkatkan citra universitas, 5). Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi akuntabilitas dan meningkatkan citra manajemen, 6) Mengembangkan kemitraan dengan pemerintah, masyarakat, dunia usaha dan industri baik di dalam maupun luar negeri, 6) Melakukan standarisasi mutu Pendidikan Tinggi Nasional.
Untuk membangun Untirta ke depan yang lebih baik, kita membutuhkan sinergitas pada tingkat universitas. Sinergitas dalam artian mengarahkan dan mengerahkan seluruh potensi pikiran, kekuatan dan waktu untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan yang diinginkan, sehingga potensi tersebut tidak terfragmentasi untuk melakukan hal-hal yang tidak relevan. Telah banyak cakupan program dan kegiatan yang telah dilakukan masing-masing unit kerja di UNTIRTA, hanya yang perlu diperhatikan adalah fokus dan terintegrasi. Jika hal tersebut dapat diwujudkan maka diyakini akan terbuka peluang untuk menciptakan babakan sejarah baru bagi UNTIRTA. Sinergitas sangat diperlukan saat ini, terutama dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan UNTIRTA pada masa-masa mendatang.

Untuk menghadapi tantangan Untirta ke depan tampaknya perlu dikembangkan kepemimpinan yang melayani (servant leadership) sebagaimana diintroduksi Greenleaf (1970). Bagi UNTIRTA yang sedang melewati tahapan transformasi, meniscayakan pola dan gaya kepemimpinan yang dapat mendengarkan suara hati, membangun komunitas yang menghargai perbedaan, memberi dan menjadi contoh, membangun integritas, mengambil inisiatif, dan berorientasi ke masa depan. Itu semua merupakan karakteristik kepemimpinan melayani (servant leadership) yang perlu kita terapkan dalam proses transformasi di UNTIRTA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar