Sabtu, 31 Desember 2016

4 Pertanyaan Immanuel Kant

Menurut Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ), Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya metafisika )Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat manusia di dalam semesta? Cabang utama metafisika adalah ontologi, studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu dan lainnya.

Jumat, 09 Desember 2016

Kesimpulan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Etika

Ada dua penjelasan dalam menangani banyak kasus, yang pertama adalah undang-undang dan yang kedua adalah pendidikan formal. Tujuannya untuk merubah perilaku masyarakat dan melakukan yang terbaik untuk menghilangkan bahasa yang rasis yang bersifat menghasut. Tujuan tersebut dapat terwujud apabila sejolah dapat menciptakan etos yang positif mendukung dan menghormati anata orang dari kelompok etnis yang berbeda.  Media masa berpengaruh terhadap perubahan. Sebagian besar opini  masyarakat berasal melalui media. Dalam kasus apapun, pendidikan formal perlu memperhitungkan dan peringatan orang untuk kekuatan media massa.

Ingin merubahnya atau tidak?

Hasilnya sejauh ini adalah bahwa kita dapat membuat perbedaan untuk lingkungan etis kita. Pada bagian, kita membuat perbedaan ini melalui apa yang kita lakukan dan katakan, tanpa bertujuan untuk membuat perbedaan tersebut. Tapi kita bisa juga sadar memiliki tujuan seperti itu.
Apa, lebih tepatnya, mungkin bahwa tujuan itu adalah Asumsi yang akan dimulai bahwa kita ingin perubahan lingkungan etis kita untuk menjadi perbaikan daripada mengalami kerusakan. Logikanya, tidak akan diambil begitu saja bahwa ada ruang untuk perbaikan. Mungkin lingkungan etika di mana kita sekarang hidup adalah yang terbaik yang bisa, sehingga setiap perubahan harus kemerosotan; tapi pernah menyatakan bahwa tampaknya sebuah spekulasi tidak masuk akal. Ada terlalu banyak contoh siap untuk tangan kebiadaban manusia ke manusia lainnya, belum lagi terlalu banyak kasus orang melakukan apa-apa untuk memperbaiki nasib orang lain ketika mereka bisa melakukan sesuatu. Setiap perubahan dalam iklim sekitarnya ide-ide yang akan memiliki pengaruh menahan pada kekejaman, atau yang akan kondusif untuk kebaikan yang lebih positif, pasti akan menjadi perbaikan. Tapi ada pemikiran yang agak berbeda yang mungkin memiliki kekuatan lebih. Mereka yang khawatir dengan pemikiran ini mungkin mengungkapkan sebagai berikut: lingkungan etis kita memiliki kekuatan apa pun itu saja sejauh kita tidak berpikir itu terbuka untuk manipulasi sadar. Setelah kami berpikir bahwa itu adalah terbuka bagi kita untuk mengubahnya, maka akan berhenti untuk memiliki kekuatan itu, dan kemudian akan lebih mudah untuk mengabaikannya. Jadi setiap perubahan, bahkan salah satu yang tampaknya menjadi lebih baik, membawa bahaya yang lebih besar dengan itu.

Bagaimana Mengubah Lingkungan Etika?

Perubahan lingkungan etika, menarik perhatian keberadaan kita secara aktif untuk terlibat dalam perubahan, ada beberapa orang yang menganggap bahwa lingkungan etika tidak dapat dirubah, padahal kita sadar dan sengaja bahwa kita sendiri dapat mengubahnya. Dan untuk pikiran itu membaik atau deterior, hal itu belum mengatakan bahwa kita bisa melakukan apa-apa tentang meningkatkan atau membalikkan perubahan tersebut. Sampai baru-baru, ketika orang-orang melihat perubahan yang terjadi dengan di lingkungan fisik di sekitar mereka, mereka bertanggung jawab untuk berfikiran bahwa tidak ada yang bisa mereka lakukan tentang perubahan ini bahkan jika mereka menjadi buruk. Sekarang kita menyadari sejauh mana kita telah membawa perubahan dalam lingkungan fisik di masa lalu melalui aktivitas manusia kita sendiri. Kita juga mengakui bahwa kegiatan kita akan terus memiliki efek pada lingkungan di masa depan, dan bahwa melalui keputusan yang kita buat, kita bisa untuk beberapa derajat mengubah kualitas dan tingkat efek-efek.

Evaluasi Dari Lingkungan Etika

Ketika kita mengevaluasi tindakan sebagai benar atau salah, atau keadaan baik atau buruk, atau ketika kita mengambil kualitas seseorang untuk pujian atau fitnah, kita membuat langkah di lingkungan etis kita, dengan menggunakan ide-ide itu yang membuat tersedia untuk kita; banyak cara di mana kita bisa melakukan hal ini. Tapi hal ini menimbulkan pertanyaan: bagaimana kita dapat mengevaluasi lingkungan etis kita sendiri? Kita tidak bisa membuat evaluasi dari sudut pandang apapun yang benar-benar luar lingkungan etis kita, karena jika kita bisa melangkah, di luar itu kita tidak akan memiliki dasar untuk melakukan evaluasi sama sekali. Kita dapat mengabaikan lingkungan etis kita untuk tujuan tertentu, misalnya saat melakukan beberapa jenis ilmu pengetahuan, bahkan, bisa dibilang (tapi kontroversial) jenis Ilmu sosial yang bisa menggambarkan lingkungan etika dan perubahan di dalamnya. Tetapi jika kita ingin menilai apakah perubahan tersebut adalah untuk lebih baik atau lebih buruk? kita harus bekerja dengan lingkungan etika lagi.

Perubahan Dalam Lingkungan Etika

Ketika kita merenungkan etika lingkungan, salah satu poin yang paling jelas tentang hal itu adalah kecenderungan untuk berubah. Ini telah implisit sudah sepanjang buku ini. Lingkungan etis dari Ik pergi melalui perubahan besar setelah mereka pindah ke wilayah yang berbeda. Lingkungan etis Nazi muncul menjadi dalam waktu sekitar satu dekade, dan menghilang masih lebih cepat, kecuali bahwa itu tidak benar untuk mengatakan bahwa itu telah menghilang. Beberapa-hal sebagai traumatis seperti itu tidak hilang tanpa jejak; seperti yang kita lihat dalam Bab 1, telah mengubah lingkungan etis kita dengan fakta bahwa kita menyadari apa yang terjadi.

Kehadiran Lingkungan Etika

Banyak waktu kita dalam lingkungan etika, bahkan saat kita menjalani hidup kita di dalamnya. Tentu saja, kita telah dilantik ke dalamnya, kita terus-menerus dipengaruhi oleh itu, dan kita menggambar pada sumber daya setiap kali kita melakukan evaluasi etis apapun, berpikir tentang apa yang harus dilakukan, dan sebagainya. (Tidak seperti beberapa sumber daya dari lingkungan alam, mereka tidak bertanggung jawab terhadap kehabisan lingkungan etika, karena mereka terdiri dari ide-ide, kosa kata, opini, dan sebagainya, tetapi kita akan lihat nanti bahwa mereka bisa menjadi dilemahkan dalam berbagai cara.) Untuk melihat bagaimana cara kerja dari lingkungan etika kita bisa terlihat dapat memanfaatkan perbedaan filosofis antara orde pertama dan berpikir orde kedua. Ketika kita berpikir tentang apa yang harus dilakukan, atau mengevaluasi sesuatu, ini adalah pertama-order pemikiran; ketika kita merenungkan pemikiran seperti itu, bertanya-tanya tentang bagaimana kita memutuskan apa yang harus dilakukan, apa yang secara kita miliki untuk evaluasi kami, dan seterusnya, kita memasuki orde kedua pemikiran. Terlibat dalam orde kedua berpikir tentang lingkungan etis kita adalah, bagi banyak orang, bukan praktik yang umum.

Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan Etika

Pentingnya lingkungan etika sekarang menjadi jelas. Yang kurang jelas adalah apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan pada kualitas lingkungan etika kita. Hanya baru-baru ini banyak dari kita telah terbiasa berpikir bahwa kita berbagi tanggung jawab untuk kualitas lingkungan kita. Bisakah kita mengambil tanggung jawab untuk kualitas lingkungan kita yang bermoral? Dan jika kita bisa, apa yang menjadi implikasi bagi pendidikan?
Jika kita mengambil tanggung jawab untuk kualitas lingkungan etika kita, beberapa hal-hal lain harus benar dari diri dan pemikiran kita. Secara singkat saya ada beberapa poin (dalam urutan yang tidak perlu diambil secara kronologis), sebelum mulai menjelajah.

Kebajikan dan Psikologi Situasi

Ini ada suatu kesalahan dalam gambaran pertama dari sifat karakter yang mengakar dengan kuat. Kami akan mengasumsikan sifat untuk menjelaskan mengapa setiap orang berperilaku dengan cara yang berbeda dalam situasi tertentu. Jika semisalnya kita ingin menjelaskan mengapa beberapa siswa mencontek dalam tugas kuliah mereka, kita mungkin berpikir bahwa beberapa siswa belum membangun karakter sifat jujur, dll. Dari banyaknya pengalaman belajar menyarakankan factor situasi seperti ada atau tidak adanya kesempatan untuk mencontek dapat diprediksi dengan baik apakah sesungguhnya orang akan mencontek daripada berpura-pura mendasari karakter. Mengingat mamfaat disini membuat berbeda di chapter 1 antara situasi dan lingkungan. Etika lingkungan seringkali relevan, agak berbeda sebrang dari mencontek dalam studi: di dalam lingkungan yang mana pada akhirnya pelayanan tidak jujur dibayar dengan ide jujur, dan yang mana secara keseluruhan hal ini mungkin akan mudah dan tidak terlalu rumit untuk orang agar menjadi jujur di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dimana contoh yang mencolok dari jujur ditegakkan dalam menghadapi godaan dan kesempatan (jenis contoh dari Kant akan disukai) langka.

Etika Lingkungan Dalam Pengembangan Kebajikan

Pusat pengembangan nilai pendidikan atau kebajikan meningkatkan beberapa isu-isu mereka sendiri, bahwa saya akan mempertimbangkannya dalam bagian ini dan berikutnya. Kami telah melihat bahwa untuk mengembangkan kebajikan seseorang mungkin perlu dibesarkan untuk bertindak dengan semacam cara yang benar, bahkan mungkin mengikuti aturan awalnya. Tetapi ketika keutamaan sepenuhnya dikembangkan, apa yang terjadi adalah tidak lagi mengikuti aturan. Kita tahu ini sebagian karena orang bijak mampu membuat diskriminasi yang lebih halus, lebih responsive terhadap fitur situasi tertentu, yang mungkin dapat melalui aturan. Tetapi kita juga tahu (menurut gambaran umum dari kebajikan) bahwa ia tidak akan melalui beberapa proses diastikulasi ke pemikiran. Jadi, apa yang sedang terjadi?

Pentingnya Etika Nilai Di Lingkungan Pendidikan

Ketika nilai pendidikan dipandang sebagai masalah mengajar aturan aturan tertentu , atau konsepsi tertentu  dari apa yang benar atau apa yang salah , hal ini biasanya diambil untuk diberikan aturan atau tentang benar dan salah sudah hadir dalam lingkungan etika lebih luas. “Etis yang lebih luas lingkungan” di sini akan tidak perlu seluruh lapisan masyarakat; iman di sekolah mungkin, misalnya, mengajar aturan aturan tertentu perilaku yang tidak dimiliki di luar iman.Tapi ini masih akan aturan diakui oleh masyarakat lebih luas daripada sekolah, tidak peraturan yang sekolah memiliki sendiri. Jika peraturan yang sebuah sekolah sedang mencoba untuk mengajar adalah tidak secara luas diakui di luar sekolah itu sendiri, ajaran cenderung jauh tidak akan efektif.

Ide Pendidikan Sebagai Bagian Dari Etika Lingkungan

Ada dua alasan untuk berkonsentrasi pada nilai pendidikan setelah sebuah survei yang lebih luas dari ide etika lingkungan dan konstituennya, dalam segala keragamannya. Pertama, konsepsi nilai pendidikan, konsepsi lebih umum tentang apa pendidikan dan mengapa pendidikan itu bermanfaat, dan lebih umum lagi, konsepsi hubungan yang tepat antara orang dewasa dan anak-anak itu sendiri merupakan aspek etika lingkungan. Memikirkan ide-ide seperti ‘anak-anak harus dilihat dan tidak mendengar’ atau ‘kami ingin anak-anak untuk tumbuh mampu berpikir sendiri’ atau ‘hal yang paling penting di sekolah adalah bahwa anak-anak harus bahagia’ atau ‘anak-anak harus dibesarkan untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif’. Atau ingat dari bab dimensi Power-Jarak Hofstede lalu. Dalam konteks pendidikan, gagasan bahwa anak-anak harus dibawa untuk menunjukkan ketaatan dan penghormatan terhadap orang tua mereka akan menuju salah satu ujung dimensi ini, gagasan bahwa orang tua dan guru harus mendorong anak-anak untuk menjadi kritis dan menjalankan inisiatif mereka sendiri akan menjelang akhir lainnya. Kemudian juga ada ide-ide yang berlaku, berbeda dalam masyarakat yang berbeda dan tentang bagaimana anak-anak saat mereka tumbuh dewasa diharapkan untuk merawat orang tua mereka saat mereka tua. Semua ide-ide tersebut, secara informal dinyatakan untuk mereka, tergantung pada pemikiran tentang tanggung jawab orang dewasa terhadap anak-anak, tentang tanggung jawab bahwa anak-anak akan datang untuk membahagiakan mereka saat mereka tumbuh dewasa, tentang apa yang penting dalam hidup, tentang sifat yang baik masyarakat.

Tujuan Sosial dan Individual

Jika kita menggunakan dimensi individualis / kolektivis sebagai heuristik yang berguna, maka kita dapat mengenali yang pertama tujuan individualis dan kolektivis (atau cukup, individual dan tujuan sosial) dapat kompatibel dalam satu sistem pendidikan. Setiap masyarakat ingin anak muda untuk tumbuh dengan cara berkontribusi terhadap berkembangnya masyarakat, atau setidaknya tidak merusaknya. Orang tua dapat berbagi tujuan tersebut untuk kebaikan masyarakat, tetapi mereka juga mungkin ingin apa yang terbaik untuk anak-anak mereka sendiri. Dan seluruh masyarakat dapat dilakukan, tidak hanya untuk mempromosikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan, tetapi untuk mempromosikan kesejahteraan masing-masing anak. Bahwa ini harus menjadi tujuan pendidikan yang harus dikejar oleh negara, bukan hanya oleh orang tua dari anak-anak masing-masing, adalah prinsip pemikiran liberal-demokrasi modern (lih Brighouse 2000, 2006). Dimana secara keseluruhan kesejahteraan masing-masing anak adalah tujuan dari pendidikan, tidak bisa berasumsi bahwa setiap aspek etika lingkungan akan berubah menjadi tidak relevan. Di mana tujuannya adalah berkembang dari masyarakat, akan menjadi jelas bahwa yang sama terjadi. Tapi dalam prakteknya tidak mengherankan jika perhatian dengan baik masyarakat sering menyebabkan fokus yang agak sempit, yang fokus pada moralitas, jika moralitas dipahami sebagai yang berkaitan dengan bagaimana individu bersikap terhadap satu sama lain. Fokus kedua literatur akademik dan perhatian publik sering berada di pendidikan moral (seperti yang akan kita lihat, terbuka untuk berbagai interpretasi).

Mengetahui Kompleksitas Lingkungan Etika

Pada bagian ini kami kembali dari jenis teori etika yang bawahan semua pertanyaan moral untuk satu kriteria utama, menuju tekstur yang lebih kompleks dari lingkungan etis yang sebenarnya seperti yang kita alami. Ada banyak hal yang penting bagi kami, dan kami mungkin hanya harus menerima fakta ini tanpa mengandaikan bahwa semua hal yang penting akan cocok dengan bersama-sama, dan tanpa mencari teori utama untuk menyelesaikan semua keraguan. Ini adalah pengakuan pluralisme dalam arti yang tidak memiliki sambungan penting dengan pluralitas budaya. Kita berbicara sekarang tentang pluralitas nilai-nilai yang kita dapat menghargai bahkan dalam satu budaya (namun kami menggambarkan bahwa). Isaiah Berlin (1990, 1997, 2000) mencurahkan banyak karyanya untuk membela pandangan bahwa penghakiman politik harus mengakui pluralitas barang. Ini termasuk kebebasan dan kesetaraan, yang tidak ada teori politik yang pernah berhasil meyakinkan runtuh bersama-sama, dan untuk ini kita dapat menambahkan nilai-nilai seperti kesejahteraan material dan, penting tapi kurang kongkrit, menghormati identitas dan perbedaan. Pluralitas nilai sama hadir dalam kehidupan pribadi. Misalnya, survei konstituen dari lingkungan etika dalam bab terakhir, saya sebutkan nilai-nilai kejujuran, loyalitas dan kepercayaan yang mungkin semua harus ditimbang dalam keadaan tertentu dan bahwa kadang-kadang mungkin menarik dalam arah yang berbeda. Jika ada banyak nilai-nilai yang perlu diakui, maka tugas utama dari pendidikan nilai-nilai akan membantu orang-orang untuk datang ke kesadaran nilai-nilai ini, dan untuk membawa mereka ke account dalam hidup mereka. Apa artinya? Untuk menjawab ini kita harus meninggalkan survei pendekatan kognitif dan kembali ke titik penting yang telah disebutkan tetapi ditangguhkan: bahwa nilai-nilai pendidikan harus melibatkan perasaan dan motivasi. Orang hampir tidak dapat dikatakan memiliki nilai-nilai tertentu jika mereka tidak peduli tentang nilai-nilai ini: kejujuran, kesetiaan, kepercayaan dan sebagainya harus peduli kepada mereka (untuk menafsirkan 'dan sebagainya' Anda dapat menulis apa pun nilai-nilai paling penting bagi Anda) . Dan mereka peduli tentang nilai-nilai ini harus mampu menerjemahkan ke dalam tindakan.

Etika Pengajaran Pemikiran

Dalam dunia nyata, maka, kita hampir tidak pernah lepas dari mengatakan bahwa orang harus bisa, setidaknya dalam kasus di mana tidak ada cukup aturan yang menetapkan, untuk berpikir sendiri, menggunakan pertimbangan mereka sendiri. Salah satu cara untuk menindaklanjuti hal ini adalah untuk mengatakan bahwa pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan otonomi. Gagasan otonomi, namun, perlu interpretasi lebih lanjut. Pada satu ekstrim, tidak jarang di lingkungan liberal untuk menemukan ide kurang menganggap bahwa individu akhirnya harus memilih nilai-nilai mereka sendiri. Itu tidak akan bisa dilakukan, untuk setidaknya dua alasan.

Konsepsi Nilai Pendidikan

Apa yang harus dilakukan agar pendidikan menjadi berbagai nilai-nilai? yang maksud adalah "Bagaimana pendidikan harus dilanjutkan?, Tapi' Apa pendidikan harus bertujuan? Apa yang harus ia coba untuk mencapainya ? Apa yang akan dihitung sebagai keberhasilan? 'Kekhawatiran saya di sini terutama dengan apa yang dilakukan dengan sengaja di sekolah, dan karena saya ingin bertanya tentang tujuan pendidikan yang harus dipahami seluruhnya, dalam kaitannya dengan nilai-nilai, seperti yang saya jelaskan dalam pendahuluan, penggunaan 'Nilai pendidikan' sebagai singkatan, tapi tanpa mengandaikan apapun jawaban tertentu apakah harus ada bagian yang berbeda dari kurikulum atau jadwal yang harus berurusan dengan nilai-nilai, atau, jika ada menjadi daerah tersebut.

Apasaja Konstituen Dari Lingkungan Etika Global

Kita dapat menyimpulkan bab ini dengan review singkat dari beberapa kesamaan yang dapat ditemukan dalam lingkungan global. Pertama, apa yang diidentifikasi di bagian pertama dari bab ini sebagai berbagai konstituen lingkungan etika - berbagai jenis evaluasi di mana kita tertarik, dan berbagai jenis objek yang kita evaluasi - akan mengabaikan lingkungan lokal. Dimana-mana tempat ada kemungkinan beberapa pengakuan dari harapan moral atau aturan perilaku. Ini tidak berarti bahwa pengakuan akan selalu lebih dari pada hanya janji di bibir, atau bahwa setiap individu akan melampirkan berat badan untuk dilihat sebagai aturan moral dalam  lingkungannya. Dan itu tidak berarti bahwa isi dari aturan akan selalu menjadi sama. Tapi itu sebenarnya tidak memungkinkan untuk menemukan kesepakatan besar pada konten di tingkat yang diakui sangat tidak tepat. Mungkin yang paling jelas misalnya terletak pada gagasan hak asasi manusia. Hal ini telah, tentu saja, secara sadar telah dipromosikan dalam beberapa waktu terakhir, melalui United Nations Declaration Universal Hak Asasi Manusia dan melalui lembaga internasional lainnya termasuk Uni Eropa. Wacana hak asasi manusia memberikan kedua kosakata bahwa semua mampu menggunakan (sejauh dan dengan interpretasi yang mereka ingin) dan tingkat konsensus, apakah dihormati dalam perayaan tersebut atau pelanggaran, pada konten.

Budaya Sekolah

karakterisasi awal dari sebuah lingkungan etika adalah 'iklim sekitar dari ide bagaimana untuk hidup'. Setelah kita telah mengenal bahwa gagasan 'budaya' harus diperlakukan sebagaimana air mengalir, kita dapat melihat bahwa gagasan iklim dari ide-ide tentang bagaimana untuk hidup adalah tak jauh dari itu. Kita mungkin  diharapkan pada fakta bahwa dalam konteks sekolah itu tidak mudah untuk membedakan 'sekolah iklim' dari 'budaya sekolah' (Glover dan Coleman 2005). Mungkin kita akan lebih natural berbicara tentang 'sebuah iklim ide' atau 'iklim nilai-nilai’ ketika kita berpikir tentang kecenderungan yang tidak memiliki sejarah yang panjang di baliknya, tidak ada sumber dalam sebuah komunitas tertentu atau tempat tertentu, yang memungkinkan berubah lebih singkat. Dalam konteks Inggris, misalnya, seorang komentator sekarang mengacu pada individualistik atau memiliki anggapan 'aku yang pertama', iklim seperti itu yang ditimbulkan (atau pada setiap tingkat didorong) oleh pemerintah Thatcher pada 1980-an, dan komentator yang sama kadang-kadang akan berpikir bahwa sebuah iklim yang lebih peduli muncul sejak saat itu. Tentu saja sekarang dapat lebih bicara etika dalam bisnis dibandingkan dahulu. Namun pada saat yang sama kewirausahaan, mendorong sasaran, mendorong untung yang mengusahakan agar berhasil (2003) diidentifikasi telah menjadi lebih kuat dalam pendidikan di bawah New Labour daripada di bawah Thatcher.

Dimensi Budaya

Dari batasan tentang budaya yang berbeda, lebih baik untuk mengenali dimensi yang luas selama ide etis dan arti penting diberikan kepada ide-ide bervariasi. Ini lebih baik tidak hanya karena lebih akurat, tetapi juga mungkin akan lebih adil untuk setiap individu. Sementara identitas budaya harus diakui dalam pendidikan, yang merupakan hal yang berbeda dari mengkategorikan orang di kelompok luas tanpa mengenali potongan variasi.

Kebudayaan

Mengapa ide – ide datang dalam kelompok? Satu alasan, meskipun tidak meski kuat, bahwa manusia, sebagai makhluk rasional, mempunyai sesuatu kelemahan terhadap pertimbanga konsistensi dan koherensi. Mungkin tidak semua ide etis, ketika interpretasi terpenuhi, dapat secara logis menggantung bersama – sama. Namun melihat kebelakang sejarah menunjukan berapa banyak individu dan bahkan seluruh masyarakat toleransi kontradiksi di dalam prinsip – prinsip dan latihan mereka sendiri, seperti kontradiksi antara prinsip bahwa semua laki – laki sama, bahwa mereka di berkahi dengan pencipta mereka dengan hak asasi tertentu. Bahwa hidup ini, kebebasan dan mengejar kebahagiaan dan praktik perbudakan. Penjelasan sejarah sering didasarkan pada akhirnya sifat sosial manusia dari pada kapasitas rasional mereka. Ketika hewan memiliki ide kelompok bersama, ide mereka akan secara alami di kelompokkan bersama – sama. Muncul ide etis itu untuk membantu menahan bersama kelompok dan mengatur kegiatan, besarnya kelompok dalam waktu yang selalu terjadi dalam sejarah manusia, hingga waktu sangat sering, tidak kurang dari seluruh umat manusia.  

Interpretasi dan Ketidaksepakatan

Kami telah membedakan berbagai jenis gagasan yang tersedia dalam lingkungan etis kita. Salah satu jenis dari gagasan adalah perbedaan interpretasi (adanya pendidikan, mempengaruhi berkembangnya interpretasi). Perbedaan yang paling jelas tetapi tidak berarti satu-satunya mungkin perbedaan dalam menyampaikan konten ke ide-ide yang berbeda jenis. Itu berarti, jika kita berbicara tentang benar dan salah, bahwa ada keyakinan dan interpretasi yang berbeda tentang perbuatan apa yang benar dan apa yang salah. Jika kita berpikir bahwa benar dan salah dapat diringkas dalam aturan, orang yang berbeda menaati aturan yang berbeda, atau menempatkan interpretasi yang berbeda tentang apa yang mungkin tampak seperti aturan yang sama.  Misalnya larangan 'Jangan bunuh', mungkin hal itu ditafsirkan untuk menyingkirkan aborsi atau hukuman mati atau perang yang melakukan pembunuhan. Jika kita berpikir dalam hal prinsip, prinsip-prinsip yang berbeda akan tumbuh dalam waktu dan tempat yang berbeda (prinsip-prinsip loyalitas, kehormatan, kesucian, telah sangat penting dalam beberapa komunitas manusia dan mungkin tampaknya telah memudar hamper sepenuhnya dari orang lain). Jika kita berpikir tentang apa yang membuat kehidupan menjadi baik, itu antara lain prestasi, kekayaan, kenyamanan fisik, kesehatan, ketenaran, reputasi yang baik (yang Gagasan 'selebriti' menunjukkan bahwa ketenaran dan reputasi yang baik tidak sama), orang tua, dan pelayanan publik? Anda mungkin memiliki jawaban yang anda telah anda siapkan sendiri, tapi orang lain akan memiliki jawaban yang lain. Jika kita berpikir contoh hal dari kebajikan, adalah kerendahan hati (kebajikan yang seperti itu menurut Yesus dari Nazaret, tetapi tegas tidak untuk Aristoteles)? Lalu apa tentang agresivitas (yang sekarang ini sering disebut sebagai kualitas yang diinginkan di dunia olahraga dan bisnis)?

Kesimpulan Keragaman Etika Lingkungan

'Keragaman' artinya 'macam-macam', 'keanekaragaman'. 'keragaman' mempunyai arti yang khusus, yaitu berpacu pada keanekaragaman  antara orang-orang pada pusat dimensi khusus, seperti: entis dan budaya, jenis kelamin, orientasi seksual. bahasan pokok adanya filasat, yaitu di kenal dengan 'Lihat dan Melihat. Itu seperti ini, bukan?' Ini seperti kepekaan pada sesuatu, karena kepekaan merupakan bagian dari pengalaman sehari-hari, dapat dengan mudah dipahami dalam konteks akademik. etika lingkungan menjadi pendidikan yang mengekalkan pikiran dan jalan pikiran yang dapat membentuk keragaman dari etika. teori  naturalistik yang mengemukakan bahwa wujud manusia dengan mudahnya berevolusi seperti yang mereka lakukan, dan dengan teori teologis yang mengemukakan bahwa ada rencana Tuhan dibalik sifat alami manusia. kesamaan dari kedua teori antara teologis dan naturalistik dapat menunjukkan tentang sifat alami manusia.

Konstituen Etika Lingkungan

Kita dapat memandang sesuatu dari berbagai evaluasi yang kita buat. Bahkan jika kita mulai karena adanya keinginan dan pilihan, kita dapat dengan mudah melihat bahwa keinginan kita tidak hanya untuk diri kita sendiri. Menjadi makhluk sosial artinya kita memiliki banyak keinginan untuk orang lain. Kita mendapatkan hubungan baik dengan orang lain, kita dapat bekerjasama dengan orang lain, dan keinginan kita juga mungkin dapat menjadi kekuatan bagi orang lain. Kita dapat menginginkan yang terbaik untuk keluarga kita atau negara kita, atau bahkan umat manusia agar melakukan kebaikan. Kita pasti bisa, tetapi tidak selalu bisa.

Etika Manusia

Awalan yang baik untuk memulai pembahasan etika makhluk dengan mengamati kebenaran yang sedang diperdebatkan dan tidak dapat disangkal lagi tentang manusia. Pengamatan ini adalah tentang seperti apa manusia, bukan tentang bagaimana wujud manusia menjadi seperti ini atau kenapa. Jadi, mereka harus hidup rukun, contohnya, dengan teori  naturalistik yang mengemukakan bahwa wujud manusia dengan mudahnya berevolusi seperti yang mereka lakukan, dan dengan teori teologis yang mengemukakan bahwa ada rencana Tuhan dibalik sifat alami manusia. Tentunya, kesamaan dari kedua teori antara teologis dan naturalistik dapat menunjukkan tentang sifat alami manusia (dan banyak orang berpikir bahwa sifat alami itu adalah sifat rukun, tapi beberapa tidak sependapat) adalah keistimewaan penting yang dimiliki individu dari etika lingkungan. Tetapi, sifat alami manusia adalah pembahasan yang belakangan.

Keragaman Etika Lingkungan

'Keragaman' artinya 'macam-macam', 'keanekaragaman'. Di beberapa tahun terakhir, 'keragaman' mempunyai arti yang khusus, yaitu berpacu pada keanekaragaman  antara orang-orang pada pusat dimensi khusus, seperti: entis dan budaya, jenis kelamin, orientasi seksual. Tetapi pada dimensi ini dipusatkan untuk mengabaikan sedikitnya dari macam-macam unsur pokok kita pada etika lingkungan- siapapun itu.

Interaksi Pendidikan dan Etika Lingkungan

jika ada banyak argumen di buku ini, itu adalah pemikiran kami tentang pendidikan harus lebih memperhatikan etika lingkungan, dan hubungan antara lingkungan dan pendidikan, saat ini.  koneksi mereka bekerja secara interaktif dalam dua arah. Pendidikan adalah kualitas penting untuk etika lingkungan: dan lingkungan etika memiliki pengaruh penting pada sifat dan kualitas pendidikan pada waktu dan tempat tertentu.

Perbedaan Lingkungan dan Iklim

Point diskusi sekarang mengikuti perbedaan gambaran yang tidak jelas antara lingkungan dan iklim. Hubungan fisik lingkungan kami dapat mengatakan bahwa iklim merupakan satu-satunya bagian atau satu-satunya aspek dalam lingkungan. tidak semua perubahan lingkungan adalah perhatian tentang iklim.
Didalam lingkup etika, cuaca membuat sebuah perbedaan antara lingkungan dan iklim merupakan sebuah pertanyaan cuaca disana yang sedikit berguna, kami mendapatkan tanda dari perbedaan masa, mungkin lingkungan yang layak mencakup keseluruhan jarak ide dapat mengenai berpikir etis kami dan tersedia untuk kami: ide-ide untuk berbicara, “kami disana” didalam lingkungan, apakah atau bukan mereka beristimewa yang paling menarik perhatian khusus individu atau komunitas. Tetapi sebuah iklim mnejadi ise, misalnya Blackburn menggunakan istilah, dengan jelas tidak hanya sebuah ide, ini adalah sebuah fakta sambungan dengan ide. Membuat keterangan hubungan anatara satu ide dengan lainnya. Kekuatan kami mencoba, kemudian menggunakan istilah “etika lingkungan” didalam pengertian yang luas. Untuk mencakup semua ide tersedia untuk yang bersangkutan, kami berfikir tentang bagaimana untuk hidup, dan istilah “etika iklim” untuk menyerahkan kebeberapa kecenderungan atau pola ide didalam sebuah keterangan dunia atau yang paling menarik perhatian untuk sebuah keterangan perhatian manusia (Dalam lingkngan, dapat satu pemberitahuan perubahan iklim atau pemberitahuan perbedaan iklim di daerah lain). Tetapi kesulitan seperti berikut menggunakan secara konsisten, dengan adanya pembatas maka daapt menyebabkan masalah, agaknya manfaat lebih sulit diperoleh. Jadi sudah menyebutkan, sebuah manfaat dalam istilah “lingkungan” memungkinkan kami untuk konsisten mengenai suatu lingkungan dengan lingkungan lain

Kesimpulan:
Blakburn mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas mengenai Lingkungan dan iklim. Dalam konteks lingkungan, iklim adalah suatu kondisi rata-rata cuaca pada suatu daerah sedangkan lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk didalamnya manusia dan aktifitasnya yang mempengaruhi kelangsungan hidup.
Tetapi Blakburn menggunakan beberapa istilah untuk memberikan arti secara luas mengenai lingkungan dan iklim, seperti menggunakan istilah “Etika Lingkungan” yang dapat mencakup beberapa ide mengenai lingkungan serta menggunakan istilah “Etika Iklim” yang mencakup  beberapa ide mengenai iklim. Sehingga dapat menarik perhatian masyarakat luas agar lebih memperhatikan keadaan lingkungan serta iklim di daerahnya. (Dalam lingkungan, manusia akan melihat iklim yang berubah-ubah atau melihat perbedaan iklim disetiap daerah).
Dengan menjaga lingkungan, manfaat yang diperoleh akan lebih besar  daripada hasil yang diberikan.  Seperti yang telah disebutkan, manfaatnya pun menjaga iklim didaerah tersebut. Blakburn mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang jelas mengenai lingkungan dan iklim, karena iklim merupakan salah satu bagian dari lingkungan.
Dengan memperhatikan keadaan lingkungan dan iklim didaerahnya, masyarakat akan mengerti bahwa pentingnya menjaga lingkungan dan iklim serta mengetahui manfaat menjaga lingkungan, Karena lingkungan sangat mempengaruhi iklim di daerah tersebut.
Dalam kasus fisik,Keadaan lingkungan dan iklim disuatu daerah berbeda-beda seperti halnya di Gurun Sahara (Afrika), kondisi di Amerika Serikat dan Amerika Tengah, Asia Himalaya, dan sebagainya. Dengan melihat kondisi lingkungan dan iklim di daerah tersebut,  dapat disimpulkan bahwa pentingnya menjaga lingkungan untuk kepentingan menyeluruh (Global).
Dengan mengikuti pola yang sama dalam menggunakan gagasan "Etika Lingkungan". Kita dapat membedakan etika lingkungan yang berbeda-beda. Misalnya Lingkungan etis Jerman pada awal abad XXI, sangat berbeda dari apa itu di akhir 1930-an.

Perbedaan Moral dan Etika

Banyak orang akan menemukan kejanggalan dalam menggunakan "moral 'dan' etika 'secara bergantian. Disisi lain akan berpendapat bahwa itu membuat kejelasan dalam kami berpikir untuk mengakui bahwa apa yang kita sebut 'moralitas' tidak menguras masalah etika dan kepentingan. Dengan kata lain, moralitas mungkin hanya bagian dari etika lingkungan. Karena ada kemungkinan bahwa 'lingkungan moral "mungkin menyampaikan sesuatu yang berbeda dari' etika lingkungan ', hanya istilah kedua akan digunakan di sini.

Kesimpulan:
Disisi lain akan berpendapat bahwa itu membuat kejelasan dalam kami berpikir untuk mengakui bahwa apa yang kita sebut 'moralitas' tidak menguras masalah etika dan kepentingan. Dengan kata lain, moralitas mungkin hanya bagian dari etika lingkungan. Karena ada kemungkinan bahwa 'lingkungan moral "mungkin menyampaikan sesuatu yang berbeda dari' etika lingkungan ', hanya istilah kedua akan digunakan di sini.

Apa itu Etika Lingkungan?

Dalam kasus, jika kami diminta untuk menggambarkan etika lingkungan di mana mereka hidup, kita harus menyebutkan kurangnya kepedulian mereka terhadap orang lain, kecenderungan mereka menertawakan kemalangan orang lain; tetapi akan menyesatkan lagi semua ini mengacu pada kekerasan yang dikenakan lingkungan fisik mereka. Namun demikian, mungkin akan lebih jelas jika kita berkonsentrasi pada ide-ide ketika berbicara tentang etika lingkungan. Blackburn berbicara tentang iklim  'Ide-ide tentang bagaimana untuk hidup'.
Dalam beberapa kasus,  kita dapat melihat bagaimana iklim ini telah dipengaruhi oleh lingkungan fisik, tetapi ada kasus lain di mana etika lingkungan tertentu muncul sebagian besar bebas dari fisik. Misalnya Blackburn: Nazi. Pikiran dan tindakan Nazi di Jerman pada 1930-an, yang mengarah ke Perang Dunia Kedua dan Holocaust khususnya, telah menjadi bagian dari pengetahuan umum (meskipun seberapa jauh mereka terus begitu setidaknya sebagian menjadi pertanyaan pendidikan). Hitler sebagai personifikasi kejahatan, dan Nazisme sebagai doktrin jahat, telah menjadi bagian dari saham didalam perdagangan mereka yang membahas masalah-masalah etika. Dengan kata lain, kesadaran yang mengerikan Nazisme telah menjadi bagian dari etika lingukungan kontemporer kita. Tapi untuk saat ini fokus kami adalah tidak pada etika lingkungan kita saat ini, tapi pada 1930-an Jerman. Hal ini secara luas diakui bahwa apa yang terjadi di sana tidak dapat sepenuhnya dijelaskan oleh pengaruh satu orang atau bahkan satu doktrin.
Kita hampir tidak bisa menghindari bertanya apa itu tentang iklim ide pada waktu itu yang memungkinkan untuk itu orang dan doktrin mendapatkan begitu banyak kekuasaan. Blackburn menyusun beberapa unsur iklim, termasuk gambar kemurnian ras, takut ancaman dianggap kemurnian, visi takdir nasional, dan banyak lagi. Jadi Hitler mampu berkuasa karena orang berhenti untuk berpikir. Sebaliknya, 'Hitler bisa berkuasa hanya karena orang tidak berpikir - tapi pemikiran mereka diracuni oleh iklim yang membungkus ide, banyak yang mungkin bahkan tidak sadar' (Blackburn 2001: 3).
Lingkungan politik dan ekonomi dari Jerman pada tahun-tahun setelah Perang Dunia Pertama yang jauh lebih langsung terlibat dalam kebangkitan Nazisme. Namun, bahkan dalam hal ini lingkungan fisik mungkin memiliki pengaruh. Glover (1999), yang mengabdikan beberapa bab untuk menganalisis, pada dasarnya, etika lingkungan di mana Nazisme berkembang, menyebutkan pentingnya ideologi Nazi dari tempat. Tapi tentu saja tidak, pengalaman hidup berhari-hari di hutan dan hutan yang memiliki efek; kebanyakan orang Jerman di tahun 1930-an tidak hidup di antara pohon-pohon.
Dalam buku ini, fokus akan pada ide-ide, tetapi kita harus ingat bahwa seluruh ide-ide tidak hanya ada di kepala individu. Ide, termasuk berbagai tentang apa yang diinginkan atau tidak diinginkan, baik atau buruk, dapat diwujudkan dalam lembaga dan praktik dari berbagai jenis manusia. Hal ini setidaknya dipermasalahkan, bahwa nilai-nilai tidak memiliki keberadaan secara independen dari praktek manusia di mana mereka diwujudkan (Raz 2003).
Apakah hanya berbagai ide-ide yang harus kita lihat sebagai pembentuk lingkungan etis? Ide- ide mereka  yang mempengaruhi pandangan orang tentang apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima, tentang cara hidup yang terbaik, dan sebagainya. Kita tidak dapat menempatkan pembatasan yang jelas sekitar sejumlah gagasan yang merupakan etika lingkungan. Yang paling jelas adalah ide-ide langsung tentang perilaku dan tentang evaluasi orang atau cara hidup: sehingga pengertian seperti 'benar' dan 'salah', 'baik' dan 'buruk' akan dihitung sebagai bagian dari etika lingkungan, dan interpretasi tertentu memakai istilah tersebut dapat menjadi bagian dari apa yang dimaksud etika lingkungan tersebut. Sebaliknya, hal itu mungkin tampak jelas bahwa ada beberapa ide yang tidak ada hubungannya dengan etika: ide, misalnya, dalam ilmu. Tapi sementara mungkin ada cara di mana ilmu pengetahuan dapat bernilai, itu tidak berarti bahwa ide-ide ilmiah tidak dapat mempengaruhi cara orang berpikir tentang bagaimana hidup dan tentang apa yang diterima.
Bahkan ide tentang asal-usul alam semesta, ternyata jauh dari pertanyaan tentang perilaku manusia, dapat mempengaruhi pemikiran etis masyarakat. Oleh karena itu tidak ada nilai selain dari apa yang manusia fikirkan untuk diri mereka sendiri; tidak ada tujuan atau mengikat tentang salah satu nilai-nilai kita. Saat ini ada beberapa kesenjangan yang besar dalam argumen yang kuat, itu masih mungkin dikenali sebagai bagian dari jenis tertentu. Apakah itu adalah argumen yang baik atau tidak, itu bisa menjadi bagian dari lingkungan etis kita, karena lingkungan yang dapat berisi argumen buruk dan palsu serta argumen yang baik dan klaim benar. Bahwa hal itu mungkin sulit untuk memikirkan ide-ide yang isinya sangat tidak berhubungan dengan kehidupan manusia bahwa mereka tidak dapat memiliki bantalan pada pemikiran etis. Tidak mungkin, kemudian, untuk menempatkan batasan yang tajam di sekitar kisaran ide yang mungkin dihitung sebagai bagian dari etika lingkungan. Cara kita berbicara tentang lingkungan fisik dapat membantu untuk menggambarkan hal ini.
Kita tahu cukup baik untuk tujuan praktis apa yang kita maksud ketika kita mengungkapkan keprihatinan tentang 'lingkungan': pemanasan global, kerusakan lapisan ozon dan sebagainya. Tapi apa yang dianggap sebagai bagian dari lingkungan fisik? Mengingat bahwa itu harus mencakup, tidak hanya lingkungan alam, tetapi juga barang-barang yang telah diproduksi atau diubah oleh manusia (kota, sistem transportasi, sampah, limbah panas, dan lain-lain) mungkin sulit untuk memikirkan apa pun yang merupakan objek material atau yang melibatkan proses fisik yang tidak bisa dihitung sebagai bagian dari 'lingkungan'. Namun demikian, setidaknya dalam konteks tertentu diskusi dan tujuan tertentu yang diberikan, kita dapat memiliki rasa yang bisa diterapkan untuk memulihkan sebagai aspek penting dari lingkungan. Demikian pula, sementara hampir semua ide, cara berpikir bisa menjadi bagian dari lingkungan etis, yang tidak menghentikan kita membedakan aspek-aspek tertentu dari dunia manusia yang sangat menonjol, mungkin pada waktu tertentu atau di tempat tertentu, untuk pemikiran kita tentang 'bagaimana hidup'.

Kesimpulan:
Blackburn berbicara tentang iklim  'Ide-ide tentang bagaimana untuk hidup'. Dalam beberapa kasus,  kita dapat melihat bagaimana iklim ini telah dipengaruhi oleh lingkungan fisik, tetapi ada kasus lain di mana etika limgkungan tertentu muncul sebagian besar bebas dari fisik. Kita tidak dapat menempatkan pembatasan yang jelas sekitar sejumlah gagasan yang merupakan etika lingkungan. Yang paling jelas adalah ide-ide langsung tentang perilaku dan tentang evaluasi orang atau cara hidup: sehingga pengertian seperti 'benar' dan 'salah', 'baik' dan 'buruk' akan dihitung sebagai bagian dari etika lingkungan , dan interpretasi tertentu memakai istilah tersebut dapat menjadi bagian dari apa yang dimaksud etika lingkungan tersebut. Sebaliknya, hal itu mungkin tampak jelas bahwa ada beberapa ide yang tidak ada hubungannya dengan etika: ide, misalnya, dalam ilmu.
Tapi sementara mungkin ada cara di mana ilmu pengetahuan dapat bernilai, itu tidak berarti bahwa ide-ide ilmiah tidak dapat mempengaruhi cara orang berpikir tentang bagaimana hidup dan tentang apa yang diterima. Bahkan ide tentang asal-usul alam semesta, ternyata jauh dari pertanyaan tentang perilaku manusia, dapat mempengaruhi pemikiran etis masyarakat. Oleh karena itu tidak ada nilai selain dari apa yang manusia fikirkan untuk diri mereka sendiri; tidak ada tujuan atau mengikat tentang salah satu nilai-nilai kita. Saat ini ada beberapa kesenjangan yang besar dalam argumen yang kuat, itu masih mungkin dikenali sebagai bagian dari jenis tertentu.

Pengaruh Etika Lingkungan Fisik

Orang merespon perubahan dalam lingkungan fisik (alami dan manusiawi dibangun atau diubah) dengan secara luas diakui sebagai moral atau etika, bahkan sebelum diskusi lebih lanjut tentang apa istilah tersebut. Keprihatinan terbaru tentang pemanasan global adalah contoh yang jelas. Jadi banyak kekhawatiran tentang dampak lingkungan dari perkembangan manusia. Sekarang kita memiliki materi, 'etika lingkungan', yang tidak di akui pada abad yang lalu, termasuk daerah Barat. Hal ini tidak hanya itu pemikiran etis dapat merespon kejadian dalam lingkungan fisik. Lingkungan fisik di mana orang berada bisa membuat perbedaan pemikiran etis mereka, dengan membuat perbedaan untuk jenis kehidupan bahwa manusia menemukan layaknya memimpin atau mungkin untuk memimpin.
Dalam kondisi jauh lebih sedikit ekstrim, lingkungan fisik orang dapat membuat perbedaan pada jenis perilaku mereka diterima atau tidak dapat diterima, apa yang mereka persiapkan untuk melakukan atau tidak melakukan. Ada efek umpan balik positif (lingkungan yang sudah baik membuatnya mungkin akan memelihara lingkungan itu), dan efek umpan balik negatif (jika tempat sudah penuh dengan grafiti(coret-coretan)). Beberapa kewenangan publik mengambil efek seperti di dalam kebijakan mereka pada perilaku anti-sosial dan melanggar hukum; Ketika kepala sekolah ingin sekolah mereka menjadi rapi dan bersih, tidak hanya untuk alasan estetika.

Perbedaan Etika Lingkungan Dengan Lingkungan Yang Lainnya

Jika kita berbicara hanya dari 'lingkungan' kita biasanya mengangap baik lingkungan, atau apa yang Blackburn sebut lingkungan fisik. Lingkungan fisik lebih luas dari lingkungan alam, karena lingkungan fisik mencakup manusia. Dan dari manusia dibangun lingkungan. Lingkungan fisik, baik alam dan manusia, mempengaruhi jenis pemimpin hidup kita. Sahara Afrika adalah lingkungan yang berbeda dari Arctic Scandina dan pusat kota London, orang-orang hidup dan berperilaku berbeda dalam lingkungan yang berbeda.
Di mana etika lingkungan cocok? Pertama, perlu menyingkirkan sebuah kemungkinan kesalahpahaman tentang istilah. 'Lingkungan etika' Istilah ini seperti 'lingkungan sosial' istilah dalam kata sifat digunakan untuk memilih suatu kategori menarik, tidak untuk membuat evaluasi. Berbicara tentang lingkungan sosial adalah untuk fokus pada aspek-aspek tertentu dari lingkungan manusia. Jika kita memanggil beberapa jenis lingkungan satu tidak etis, maka kita akan membuat evaluasi negatif dalam kategori deskriptif lingkungan etika. Meskipun 'lingkungan sosial' istilah mendapat makna yang berbeda dengan istilah-istilah seperti lingkungan 'alami' atau lingkungan 'fisik'. Kita tidak memiliki kesulitan dalam mengenali lingkungan sosial anak yang lahir keluarga miskin di kota kumuh atau  di luar salah satu kota terbesar di dunia berbeda dengan Lingkungan sosial dari seorang anak yang lahir dari orang tua kaya yang makmur di pinggiran kota yang sama. Bagian dari perbedaan lingkungan sosialnya adalah kasih sayang. Kasih sayang terdiri dari perbedaan faktor-faktor seperti hubungan keluarga dan harapan, dan mungkin juga dengan cara yang berbeda dari penggunakan bahasa (yang berbeda aksen atau dialek yang berbeda). Hal yang sama berlaku untuk istilah-istilah seperti 'lingkungan sekolah' atau 'lingkungan Hidup'. Ini dapat diambil untuk merujuk fitur fisik yang utama, tetapi fitur fisik yang telah dibangun atau dibawa oleh individu. Rumput, atau sampah, di tempat-tempat bermain di luar; lukisan anak-anak, atau grafiti, di dinding. 'Lingkungan sekolah' atau 'lingkungan kelas' juga mungkin dipahami sebagai aspek interaksi sosial dan harapan, bahwa 'iklim sekolah' dan 'budaya sekolah yang telah menjadi baik dalam wacana pendidikan (Prosser 1999; Glover dan Coleman 2005; McLaughlin 2005). Sebagai contoh sampah, grafiti atau lukisan menunjukkan lingkungan fisik dan sosial tidak dapat dibedakan secara tajam.
Kita sudah bisa melihat bahwa bentuk jamak, 'budaya', bentuk konotasinya adalah keunikan. Dalam menghadapi konotasi mereka, setiap mencoba untuk membangun pandangan bahwa ada rasa di mana kita semua, seluruh dunia, menghuni budaya yang sama akan segera masuk akal. Sebaliknya, Istilah 'lingkungan' membantu kita mengakui bahwa bagi etika lingkungan serta lingkungan fisik, itu masuk akal untuk mengatakan bahwa kita semua menghuni lingkungan yang sama, bahkan ketika kita mengenali perbedaan yang membawa kita untuk berbicara lingkungan yang berbeda.

Perbedaan Lingkungan Satu dengan Lingkungan Yang Lainnya

Didalam contoh fisik kami dapat setuju mengenai perbedaan seperti di Sahara Afrika, daratan di sekitar kutub utara, pusat Amerika Serikat, Himalaya di Asia, tetapi kami juga memiliki pembicaraan mengenai “lingkungan”, sekali-kali ini hanyalah cara singkat merujuk ke mana lingkungan sekitarnya sangat penting untuk kita pada saat itu. Tetapi kami dapat juga berbicara tentang lingkungan, merupakan sesuatu tunggal. Ini adalah dunia. sekarang kita tahu bahwa apa yang terjadi di salah satu bagian dari dunia (pengeluaran dari faktor misalnya kendaraan) dapat memiliki efek pada apa yang terjadi di beberapa bagian (seperti lapisan es di Antartika). Kelestarian disana tidak ada kelebihan antara satu lingkungan dengan lainnya.
Kita bisa mengikuti pola yang sama dalam menggunakan gagasan "Etika lingkungan". Kita dapat membedakan etika lingkungan yang berbeda. Misalnya Etika lingkungan di Jerman dimulai pada abad 21 sangat berbeda dari akhir tahun 1930. Perbedaan yang kami buat antara perbedaan kebudayaan dengan etika lingkunga., jadi kami akan bahas di bab berikutnya. Dalam contoh fisik, jika kasus nyata lingkungan kami mempunyai pikiran, kami dapat menyebutnya hanya sebagai “lingkungan”.
Bagaimanapun juga, membuat pengertian untuk berbicara tentang apa etika lingkungan? mungkin  dapat tidak mempunyai pengertian hingga akhir, tetapi sekarang. Membuat pengertian sekarang adalah satu unsur globalisasi. Sebagai contoh, mengusulkan satu global etika lingkungan adalah tidak menyangkal semua perbedaan hidup, banyak yang membicarakan lingkungan fisik  menyangkal perbedaan antara satu tempat dengan lainnya. Tetapi juga untuk menunjukkan bahwa, secara etis maupun fisik, tidak ada bagian yang akan tertutup dari semua lainnya.

Gagasan Etika Lingkungan

Menurut Simon Blackburn dalam buku “Being Good” (Blackburn, 2001:11), dalam paragraf pembukaan dia menulis:
“kita semua belajar untuk menjadi peka terhadap lingkungan fisik. Kita tahu bahwa kita bergantung pada hal itu, lingkungan telah rapuh, dan kita sendiri bisa untuk merusaknya, sehingga ketika kita merusak lingkungan, berarti kita merusak kehidupan kita sendiri, atau mungkin merusak keturunan kita. Mungkin sedikit dari kita yang mengerti terhadap apa yang kita sebut lingkungan moral atau etika. Ini adalah ide-ide tentang bagaimana untuk hidup. Hal ini menentukan apa yang kita temukan diterima atau tidak dapat diterima, mengagumkan atau hina. Hal ini menentukan konsepsi kita akan berjalan baik atau tidak, karena kita berhubungan dengan orang lain. Ini bentuk respon emosional kita, menentukan penyebab kesombongan atau rasa malu, atau marah atau rasa terima kasih, atau apa yang bisa diampuni dan apa yang tidak bisa. Ini memberi standar perilaku untuk kita. (Blackburn 2001: 11)”
Ini sudah menunjukkan pentingnya etika lingkungan. Tapi kita perlu lebih memperhatikan etika tersebut sebelum kita dapat menggunakannya dalam pendidikan. Blackburn menerangkan 'etika lingkungan' sebagai 'iklim tentang bagaimana untuk hidup'. Dia melanjutkan dalam paragraf berikutnya bahwa 'kerja lingkungan etika bisa terlihat aneh' (2001: 2), karena 'kita mungkin tidak menyadari ide kita sendiri’ (Blackburn 2001: 3). Ini adalah titik awal yang baik untuk eksplorasi lebih lanjut. Kita mungkin bertanya-tanya bagaimana kita bisa menyadari ide-ide kita. Dimana ide, jika tidak di kepala Anda? Bagaimana Anda punya ide, jika Anda tidak sadar akan hal itu?
Cara memahami ide-ide yang telah ada dan membuat perbedaan bagi kita adalah memahaminya dengan cara yang halus. Untuk memulainya, jika ide tersebut tidak ada dalam kepala Anda, mungkin ide tersebut ada di kepala orang lain, dan yang dapat mempengaruhi cara mereka berbicara dan berperilaku, yang mungkin dengan berbagai cara mempengaruhi Anda pada gilirannya. Jadi ide yang orang lain miliki bisa menjadi bagian dari lingkungan etika di mana Anda tinggal. Kedua, ide pasti bisa ada di kepala seseorang tanpa sadar.
Blackburn menjelaskan bahwa ide dalam pengertian ini adalah kecenderungan untuk menerima jalan dari pikiran dan perasaan bahwa kita mungkin tidak mengenali diri kita sendiri, atau bahkan mampu mengartikan diri kita sendiri '(Blackburn 2001: 3).
Ketiga, ide-ide tidak harus berada di kepala orang. Menulis media rekaman dan menyampaikan ide-ide. Jika masuk akal untuk mengukur ide, kita pasti bisa mengatakan bahwa ide-ide yang 'di luar sana' di perpustakaan dan di internet jauh lebih besar daripada apa yang bisa dipertahankan dalam kepala satu orang itu, dan mungkin di kepala semua orang. Jika ide-ide yang ada dalam tulisan, maka tidak ada alasan untuk membantah bahwa mereka juga bisa ada di media lain, seperti lukisan dan film.

Kamis, 08 Desember 2016

Teori dan Paradigma

Kata ‘teori” secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu theorea, yang berarti melihat, theoros yang berarti pengamatan.[4] sedangkan pengertian teori menurut terminologi memiliki beberapa pengertian seperti yang dikemukakan oleh ilmuwan sebagai berikut:

Kerlinger mengemukakan bahwa teori adalah suatu kumpulan variabel yang saling berhubungan, definisi-definisi, proposisi-proposisi yang memberikan pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan mempesifikasikan relasi-relasi yang ada di antara beragam variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan fenomena yang ada”.[5]

Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa, A theory is a set systematically interrelated concepts, definition, and proposition that are advanced to explain and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep, defininisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.

Teori menurut Sugiyono adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, defenisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala.[6]

Berdasarkan pengertian teori tersebut dapat kita mengemukakan bahwa teori memiliki komponen-komponen yang terdiri atas: Konsep, fakta, fenomena, defenisi, proposisi dan variabel.

Kata “paradigma” berasal dari bahasa Yunani yaitu paradeigma yang berarti contoh, tasrif, model.[7] Paradigma ini dapat pula berarti: 1. Cara memandang sesuatu, 2. Dalam ilmu pengetahuan berarti model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomena yang dipandang, diperjelas, 3. Totalitas premis-premis teoritis dan metodologis yang menentukan atau mendefenisikan suatu studi ilmiah konkret.4 Dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.[8]

Menurut Nasim Butt (1996) suatu paradigma merupakan teori-teori yang berhasil secara empiris yang pada mulanya diterima dan dikembangkan dalam sebuah tradisi penelitian sampai kemudian ditumbangkan oleh paradigma yang lebih progresif secara empiris.[9]

Di dalam penelitian diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.[10]

Menurut Husain Heriyanto paradigma adalah seperangkat asumsi-asumsi teoritis umum dan hukum-hukum serta teknik-teknik aplikasi yang dianut secara bersama oleh para anggota suatu komunitas ilmiah.[11]

Menurut AF. Saifuddin setiap paradigma mengandung teori-teori yang memiliki logika, prosedur metodologi dan implikasi teoritis sehingga tidak relevan bila suatu paradigma diperbandingkan apalagi dipertentangkan dengan paradigma yang lain (lihat Kuhn, 1978). Kritik terhadap suatu paradigma harus berlangsung dalam paradigma itu sendiri, tidak dari pandangan paradigma yang lain. Dalam bahasa awam, seekor ular tidak akan sama dengan seekor harimau, maka tidak beralasan untuk memperbandingkan keduanya apalagi mempertentangkan atau memperdebatkannya.[12]

Sumber:

[4] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Ed. I. ( Cet.III; Jakarta: Gramedia, 2002), h. 1097 

[5]Reza A.A Wattimena, Filsafat dan Sains Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 257 

[6]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Cet.III; Bandung: Alfabeta, 2007), h. 52-54 

[7]Komaruddin, Yooke Tjuparmah S. Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, Ed. I, (Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara , 2002), 173 

[8]Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Ed. I. ( Cet.III; Jakarta: Gramedia, 2002), h. 779 

[9]Soetrisno dan SRDm Rita Hanafie, Filsafat Ilmu dan metodologi Penelitian, Ed.I.9Yogyakarta: Cv. Andi offset, 2007). h. 32 

[10]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Cet.III; Bandung: Alfabeta, 2007h. 42 

[11]Husain Heriyanto, M. Hum, Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003), h. 28. 

Bagaimana Kontruk Teori?

Bangunan teori adalah abstrak dari sejumlah konsep yang disepakatkan dalam definisi-definisi. Konsep sebagai abstraksi dari banyak empiri yang telah ditemukan kesamaan umumnya dan kepilahannya dari yang lain atau abstraksi dengan cara menemukan sejumlah esensi pada suatu kasus, dan dilakukan berkelanjutan pada kasus-kasus lainnya, dapat dikonstruksikan lebih jauh menjadi proposisi atau pernyataan, dengan membuat kombinasi dari dua konsep atau lebih. Bangunan-bangunan teori tersebut antara lain:

1. Teori Ilmu

Teori ilmu memiliki dua kutub arti teori. Kutub pertama adalah teori sebagai hukum eksprimen muncul beragam, mulai dari hasil eksprimen tersebut meluas ke hasil observasi phisik seperti teori tentang panas bumi. Kutub kedua adalah hukum sebagai kalkulus formal dapat muncul beragam pula, mulai dari yang dekat dengan kutub pertama seperti teori sebagai eksplanasi phisik misalnya teori Galileo tentang peredaran planet pada porosnya, teori sinar memancar melengkung bila lewat medan gravitasi. Selanjutnya teori sebagai interpretasi terarah atas observasi seperti teori sosial statis dan sosial dinamis dari August Comte dan pada ujung kutub kedua adalah teori sebagai prediksi logik; dengan sifatnya berlaku umum dan diprediksikan berlaku kapan pun dahulu dan yang akan datang, seperti teori evolusi dari Darwin, teori relativitas dari Einstein[13]yang memnberikan penjelasan alternatif tentang sumber energi yang memungkinkan matahari menghasilkan energi begitu besar dalam waktu begitu lama.[14]

2. Temuan Substantif Mendasar

Temuan-temuan atas bukti empirik dapat dijadikan tesis substantif, dan diramu dengan konsep lain dapat dikonstruk menjadi teori substantif. Asumsi keberlakuan tesis substantif tersebut ada pada banyak kasus yang sama di tempat dan waktu berbeda.[15]

Temuan huruf baca hirogliph Mesir, huruf baca kanji Jepang dan Cina adalah symbol-simbol untuk benda-benda Huruf baca lebih maju tampil sebagai simbol-simbol ucapan. Angka-angka Rumawi dan Latin adalah simbol-simbol, seperti X adalah simbol dari 10, L =50, M = 100, dan seterusnya. Huruf tulis yang kita gunakan adalah huruf Latin. Jika angka ilmu pengetahuan yang kita gunakan adalah angka latin, bagaimana matematika dan ilmu eksakta lain akan dapat dikembangkan dengan huruf-huruf simbol X,L,M, dan lainnya. Angka arab yang kita gunakan dalam berilmu pengetahuan sekarang ini bukan representasi simbol, melainkan representasi placed value. Sama-sama angka 5 dengan letak berbeda, berbeda nilainya. Contoh: 5.555.55. Itu merupakan temuan teori substantif mendasar.

Demikian pula persepsi ilmuwan tentang atom, berkembang. Dari partikel terkecil, ke ditemukannya unsur radioaktif pada atom, dan diketemukannya unsur-unsur electron yang berputar mengorbit pada proton yang mempunyai kekuatan magnetik. Kemudian pada tahun 1937 diketemukan neutron, semacam proton, tetapi tidak mempunyai kekuatan magnetik. Berat neutron beragam dan inilah yang menyebabkan atom satu beda beratnya dengan atom yang lain. Temuan teori atom ini merupakan temuan ilmiah substantif mendasar.[16]

3. Hukum-hukum Keteraturan

a. Hukum Keteraturan Alam

Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate. Ilmu pengetahuan alam biasa disebut hard science, karena segala proses alam yang berupa benda anorganik sampai organik dan hubungan satu dengan lainnya dapat dieksplanasikan dan diprediksikan relatif tepat. Kata relatif tepat momot dua makna: pertama, bila teori yang kita gunakan untuk membuat eksplanasi atau prediksi sudah sangat lebih baik, dan kedua, bila variabel yang ikut berperan lebih terpantau.[17] Menurut al-Kindi ketertiban alam ini, baik susunan, interaksi, relasi bagian dengan bagiannya, ketundukan suatu bagian pada bagian lainnya, dan kekukuhan strukturnya di atas landasan prinsip yang terbaik bagi proses penyatuan, perpisahan, dan muncul serta lenyapnya sesuatu dalam alam, mengindikasikan adanya pengaturan yang mantap dan kebijakan yang kukuh. Tentu ada Pengatur Yang Maha Bijaksana dibalik semua ini, yaitu Allah.[18]

b. Hukum Keteraturan Hidup Manusia

Hidup manusia itu memiliki keragaman sangat luas. Ada yang lebih suka kerja keras dan yang lain menyukai hidup santai, ada yang tampil ulet meski selalu gagal, yang lain mudah putus asa, ada yang berteguh pada prinsip dan sukses dalam hidup, yang lain berteguh pada prinsip, dan tergilas habis. Kehidupan manusia mengikuti sunnatullah, mengikuti hukum yang sifatnya indeterminate. Mampu membaca kapan harus teguh pada prinsip, kapan diam dan kapan berbicara dalam nada bagaimana, dia akan sukses beramar ma’ruf nahi mungkar. Manusia mempunyai kemampuan untuk memilih yang baik, dan menghindari yang tidak baik. Dataran baik tersebut dapat berada pada dataran kehidupan pragmatik sampai pada dataran moral human ataupun moral religious. Memilih kerja yang mempunyai prospek untuk menghidupi keluarga, merupakan kebebasan memilih manusia dengan konsekuensi ditempuhnya keteraturan sunnatullah; harus tekun bekerja dan berupaya berprestasi di dunia kerjanya. Untuk diterima kepemimpinannya, seorang pemimpin perlu berupaya menjadi shiddiq, amanah, dan maksum. Kedaan demikian berkenan dengan pemikiran Ibnu Bajjah yang membagi perbuatan manusia kepada perbuatan manusiawi, yaitu perbuatan yang didorong oleh kehendak/kemauan yang dihasilkan oleh pertimbangan pemikiran, dan perbuatan hewani yaitu perbuatan instingtif sebagaimana terdapat pada hewan, muncul karena dorongan insting dan bukan dorongan pemikiran.[19]

c. Hukum Keteraturan Rekayasa Teknologi

Keteraturan alam yang determinate, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keteraturan substantif dan ketraturan esensial. Seperti Pohon mangga golek akan berbuah mangga golek. Ketika ilmuwan berupaya menemukan esensi rasa enak pada mangga, menemukan esensi buah banyak pada mangga, dan menemukan esensi pohon mangga yang tahan penyakit, ilmuwan berupaya membuat rekayasa agar dapat diciptakan pohon mangga baru manalagi yang enak buahnya, banyak buahnya, dan pohonnya tahan penyakit, di sini nampak bahwa ilmuwan mencoba menemukan keteraturan esensial pada benda organik. Produk teknologi merupakan produk kombinasi antara pemahaman ilmuwan tentang keteraturan esensial yang determinate dengan upaya rekayasa kreatif manusia mengikuti hukum keteraturan sunnatullah.[20]

4. Konstruk Teori Model Korespondensi

Konstruk berfikir korespondensi adalah bahwa kebenaran sesuatu dibuktikan dengan cara menemukan relasi relevan dengan sesuatu yang lain. Tampilan korespondensi tersebut beragam mulai dari korelasi, kausal, kontributif, sampai mutual. Konstruk berfikir statistik kuantitatif dan juga pendekatan positifistik menggunakan cara ini.[21] (Menurut Bertand Russel suatu pernyataan benar jika materi pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan/cocok) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu. Misalnya, jika ada seseorang yang mengatakan “ Ibu kota republik Indonesia adalah Jakarta” maka pernyataan itu benar sebab pernyataan itu sesuai dengan fakta objektif.[22]

5. Konstruk Teori Model Koherensi

Konstruk teori model koherensi merentang dari koheren dalam makna rasional sampai dalam makna moral. Konstruk koheren dalam makna rasional adalah kesesuaian sesuatu dengan skema rasional tertentu, termasuk juga kesesuaian sesuatu dengan kebenaran obyektif rasional.

Aristoteles dalam teori koherensi memberikan standar kebenaran dengan cara deduktif, yaitu kebenaran yang didasarkan pada kriteria koherensi yang dapat diungkap bahwa berdasarkan teori koherensi suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Bila kita menganggap benar bahwa “semua manusia pasti mati” adalah pernyataan yang benar, maka pernyataan bahwa “si fulan adalah seorang manusia dan si Fulan pasti mati” adalah benar pula. Sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.[23]

Konstruk berfikir koherensi kedua adalah yang dilandaskan kepada kebenaran moral dan nilai. Sesuatu dipandang sebagai benar bila sesuai dengan moral tertentu. Moral dalam maknanya yang luas menyangkut masalah: right or wrong, truth or false, justice or unfair, human or inhuman dan lainnya. Hal ini terkait dengan kehidupan budi yang terjelma dalam proses penilaian itu merupakan ciri manusia yang terpenting dalam kehidupan individu, masyarakat dan kebudayaan, sebagai makhluk yang berkelakuan.

6. Konstruk Teori Model Pragmatis

Konstruk teori model Prgmatis berupaya mengkonstruk teorinya dari kosep-konsep, pernyataan-pernyataan yang bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak. Kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis atau tidak; Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau implikasinya mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kaum pragmatis berpaling pada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggap fungsional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah. Agama bisa dianggap benar karena memberikan ketenangan pada jiwa dan ketertiban dalam masyarakat. Para ilmuan yang menganut azas ini tetap menggunakan suatu teori tertentu selama teori itu mendatangkan manfaat.[24]

7. Konstruk Teori Iluminasi

Teori Iluminasi menurut Mehdi Ha’iri Yazdi adalah pengetahuan yang semua hubungannya berada dalam kerangka dirinya sendiri, sehingga seluruh anatomi gagasan tersebut bisa dipandang benar tanpa membutuhkan hubungan eksterior. Artinya hubungan mengetahui, dalam bentuk pengetahuan tersebut adalah hubungan swaobjek tanpa campur tangan koneksi dengan objek eksternal.[25]

Selanjutnya Iluminasi oleh Yazdi disebut sebagai ilmu hudhuri yaitu pengetahuan dengan kehadiran karena ia ditandai oleh keadaan neotic dan memiliki objek imanen yang menjadikannya pengetahuan swaobjek. Ilmu hudhuri tidak memiliki objek diluar dirinya, tetapi objek itu sendiri ada adalah objek subjektif yang ada pada dirinya. Oleh sebagian sufi, iluminasi itu adalah pengetahuan diri tentang diri yang berasal dari penyinaran dan anugerah Tuhan yang digambarkan dengan berbagai ungkapan dan keadaan. Ada yang menyebutkannya dengan terbukanya hijab antara dirinya dengan Tuhan, sehingga pengatahuan dan rahasianya dapat diketahui. Ada yang mengungkapkan dengan rasa cinta yang sangat dalam sehingga antara dia dan Tuhan tidak ada rahasia lagi. Pengetahuan Tuhan adalah pengetahuannya. Dan ada yang menyatakan dengan kesatuan kesadaran. [26]

Sumber:
[13]H. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme,Post positivism, dan Post Modernisme, Ed.II. (Cet.I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001). h. 39-40 

[14]Reza A.A Wattimena, Filsafat dan Sains Sebuah Pengantar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 193 

[15]H. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme,Post positivism, dan Post Modernisme, Ed.II. (Cet.I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001)h. 8-9 

[16]H. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme,Post positivism, dan Post Modernisme, Ed.II. (Cet.I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001)h. 41. 

[17] H. Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme,Post positivism, dan Post Modernisme, Ed.II. (Cet.I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001) 

[18]Amroeni Drajat, Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu, ( Jakarta: Erlangga, 2006), h. 16-17 

[19]Amroeni Drajat, Filsafat Islam Buat yang Pengen Tahu, ( Jakarta: Erlangga, 2006), h. 64-65 

[20]Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme,Post positivism, dan Post Modernisme, Ed.II. (Cet.I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001)h. 43. 

[21]Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu: Positivisme,Post positivism, dan Post Modernisme, Ed.II. (Cet.I; Yogyakarta: Rake Sarasin, 2001), h. 52 

[22]Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama 1, Jil.I. ( Cet. I; Pamulang Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu, 1997), h. 33 

[23]Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama 1, Jil.I. ( Cet. I; Pamulang Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu, 1997), h. 32 

[24]Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama 1, Jil.I. ( Cet. I; Pamulang Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu, 1997), h. 34 

[25]Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama 1, Jil.I. ( Cet. I; Pamulang Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu, 1997), h. 35-36 

[26]Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama 1, Jil.I. ( Cet. I; Pamulang Timur, Ciputat: Lolos Wacana Ilmu, 1997), h. 37 

Bagaimana Kontruk Paradigma?

Para ilmuwan dalam kegiatan ilmiahnya membangun paradigma atas berbagai konsep, asumsi-asumsi teoritis umum dan hukum-hukum dalam tatanan tertentu, menyederhanakan yang kompleks yang dapat diterima umum. Di bawah ini dikemukakan beberapa paradigma antara lain:

1. Paradigma Cartesian- Newtonian

Paradigma ini dicanangkan oleh Rene Descartes (1596-1650) dan Isaak Newton (1642-1727). Penggunaan istilah paradigma dalam frase “paradigma Cartesian-Newtonian” mengacu kepada pengertian generik yang diturunkan oleh Thomas Kuhn, yang dalam masterpiece-nya The structure of Scientific Revolutinons (1970) Kuhn menggunakan istilah paradigma untuk banyak arti, seperti matriks disipliner, model, atau pola berpikir, dan pandangan-dunia kaum ilmuwan. Namun pengertian umum yang lebih banyak dipakai paradigma berarti seperangkat asumsi-asumsi teoritis umum dan hukum-hukum serta teknik-teknik aplikasi yang dianut secara bersama oleh para anggota suatu komunitas ilmiah.[27] Istilah paradigma dalam frase paradigma Cartesian-Newtonian digunakan dalam makna yang lebih luas yang tidak hanya berlaku pada komunitas ilmiah melainkan bekerja pada masyarakat modern umumnya. Paradigma dalam hal berarti suatu pandangan-dunia (world vieu) atau cara pandang yang dianut secara pervasif dan terkandung di dalamnya asumsi-asumsi ontologis dan epistemologis tertentu, visi realitas, dan sistem nilai.

Selanjutnya Paradigma Cartesian-Newtonian mengandung dua komponen utama, yaitu prinsip-prinsip dasar dan kesadaran intersubjektif. Prinsip-prinsip dasar itu adalah asumsi-asumsi teoritis yang mengacu kepada sistem metafisis, ontologis, dan epistemologis tertentu. Sedang kesadaran intersubjektif adalah kesadaran kolektif terhadap prinsip-prinsip dasar itu yang dianut secara bersama sedemikian sehingga dapat melangsungkan komunikasi yang memiliki frame of reference yang sama. Misalnya, konsep ‘maju’ (progress) yang sesuai dengan paradigma Cartesian-Newtonian adalah bertambahnya kepemilikan dan pengusaan manusia terhadap alam. Pengertian konsep ‘maju’ seperti itu telah menjadi kesadaran kolektif yang memungkinkannya komunikasi berlangsung antar manusia modern sedemikian, sehingga bangsa yang mampu mengeksploitasi alam melalui industri disepakati untuk digolongkan sebagai bangsa maju atau Dunia Pertama.[28]

2. Paradigma Holistik-Dialogis

Paradigma holistik-dialogis adalah merupakan paradigma alternatif karena tuntutan pandangan dunia baru dalam upaya memahami fenomena-fenamena global secara lebih baik, tepat dan sesuai. Pandangan dunia baru itu merupakan paradigma alternatif terhadap paradigma Cartesian-Newtonian yang dualisme yang lebih menguasai kesadaran manusia modern dalam kurun waktu tiga ratus tahun terakhir.

Dengan munculnya gagasan orisinal dari Shadr al-Din al-Shirazi yang lebih popular dengan nama Mulla Shadra (1572-1641), filsuf Persia yang hidup sezaman dengan Descartes yaitu gerak trans-substansial (trans-substansial motion, harakat al-jawhariyyah). Gagasan ini dicetuskan setelah melalui analisis ontologis-metafisis yang mendalam terhadap eksistensial dan realitas. Ontologis Mulla Shadra memiliki banyak kesamaan dengan Filsafat proses atau filsafat organisme Alfred North Whitehead (1815-1974), dapat dianggap sebagai upaya transformasi gerak trans-substansial kedalam sistim kosmologi yang dinamis. Whitehead telah mengintroduksi data-data perkembangan sains modern sebagai bagian yang integral dalam sistem filsafatnya, khususnya pandanagan kosmologisnya, sehingga lebih memperkaya pemahaman terhadap dinamika realitas.[29]

Sumber:

[27]Husain Heriyanto, M. Hum, Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003), h. 28. 

[28]Husain Heriyanto, M. Hum, Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003), h. 29. 

[29]Husain Heriyanto, M. Hum, Paradigma Holistik Dialog Filsafat, Sains,dan Kehidupan Menurut Shadra dan Whitehead, (Cet; Jakarta Selatan: Teraju, 2003), h. 154-155 

Rabu, 07 Desember 2016

Pertumbuhan dan Perkembangan Filsafat Islam

Wilayah Timur dari pusat pengkajian kebudayaan tepatnya di kota Antioch di Suriah banyak menjadi tempat pelarian para pemikir sebagai efek terjadinya peperangan di Laut Tengah. Di Antioch terdapat sebuah sekolah bernama Edessa yang merupakan pusat dari pengembangan pemikiran Yunani yang eksistensinya dapat terjaga sampai abad VII. Di Kota Edessa terdapat sebuah wilayah bernama Harran yang menjadi wadah untuk menyebarkan ilmu-ilmu Yunani bagi orang-oprang Arab.

Faktor Timbulnya Filsafat Islam

Adapun faktor-faktornya sebagai berikut:

  1. Faktor dorongan ajaran Islam, Islam menginginkan agar kita sebagai umat berpikir tentang kejadian penciptaan langit dan bumi. Dan penciptaan langit dan bumi tentu ada yang menciptakannya, atas dasar keingintahuan inilah perlunya pemikiran untuk dapat mencari tahu lebih lanjut dengan menggunakan pemikiran filsafat.

Dua Zaman Pemikiran Yunani

Zaman Yunani atau Helenis, zaman ini terhitung dari abad VI SM-akhir abad IV SM. Pada masa ini muncul berbagai aliran dari para filsuf seperti Pythagoras, Plato, Aristoteles, dan lain-lain.
Zaman Helenistis-Romawi, zaman ini setelah Aristoteles. Masa ini terhitung sejak pemerintahan Alexander the Great (356-326 SM) yang dikenal zaman Filsafat Yunani yang merupakan warisan Yunani telah tersebar, orang-orang Romawi, ahli pikir dari Mesir, Syiria, dan ahli pikir yang berada disekitar Laut Tengah berhasil mengembangkan Filsafat Yunani. Masa ini diawali abad IV SM-pertengahan abad VI M di Romawi Barat yang berpusat di Roma. Di Byzantium (Romawi Timur)-pertengahan abad VII M yang berpusat di Alexandria (Iskandariah)-abad VIII di Syiria dan Irak, juga pada sekolah yang ada di Edessa, Nisibis, dan Antioch. Dapat dikatakan bahwa masa ini sampai munculnya Filsafat Islam di Baghdad.

Selasa, 06 Desember 2016

Pengertian Filsafat Islam

Filsafat Islam menurut bahasa adalah susunan dari dua kalimat yang berbeda yaitu antara filsafat dan Islam. Pengertian filsafat secara bahasa adalah berpikir dan Islam adalah nama sebuah agama samawi yang oleh Allah diutuskan kepada kepada Nabi Muhammad untuk menyebarkannya dengan perantara Malaikat Jibril.

Pandangan Al-Ghazali Terhadap Filsafat

Mengenai pandangan al Ghazali, para ilmuwan berpendapat bahwa ia bukan seorang filosof, karena ia menentang dan memerangi filsafat dan membuangnya. Tentangan yang di lontarkan al-Ghazali ini tercermin dari bukunya yang berjudul Tahafut al-Falasifah, yakni sebagai berikut :

”...sumber kekufuran manusia pada saat itu adalah terpukau dengan nama-nama filsuf besar seperti Socrates, Epicurus, Plato, Aristoteles dan lain-lainnya ..., mereka mendengar perilaku pengikut filsuf dan kesesatannya dalam menjelaskan intelektualitas dan kebaikan prinsip-prinsipnya, ketelitian ilmu para filsuf di bidang geometri, logika, ilmu alam, dan telogi ..., mereka mendengar bahwa para filsuf itu mengingkari semua syari’at dan agama, tidak percaya pada dimensi-dimensi ajaran agama. Para filsuf menyakini bahwa agama adalah ajaran-ajaran yang disusun rapi dan tipu daya yang dihiasi keindahan ...”

Pemikiran Filsafat Al-Ghazali

a.     Metafisika

Untuk pertama kalinya Al-Ghazali mempelajari karangan-karangan ahli filsafat terutama karangan Ibnu Sina. Setelah mempelajari filsafat dengan seksama, ia mengambil kesimpulan bahwa mempergunakan akal semata-mata dalam soal ketuhanan adalah seperti mempergunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan.

Al-Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dhalal menjelaskan bahwa jika berbicara mengenai ketuhanan (metafisika), maka disinilah terdapat sebagian besar kesalahan mereka (para filosof) karena tidak dapat mengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah mereka tetapkan sendiri dalam ilmu logika.

Karya-Karya Filsuf Islam Al-Ghazali

Sebagai seorang ulama dan pemikir dalam dunia Islam, tentunya ia sangat tekun untuk menulis kitab. Jumlah kitab yang ditulis al-Ghazali sampai sekarang belum disepakati secara definitif oleh para penulis sejarahnya. Menurut Ahmad Daudy, penelitian paling akhir tentang berapa jumlah buku yang dikarang oleh al-Ghazali seperti halnya yang dilakukan oleh Abdurrahman Al-Badawi, yang hasilnya dikumpulkan dalan satu buku yang berjudul Muallafat Al-Ghazali.Dala buku tersebut, Abdurrahman mengklasifikasikan kitab-kitab yang ada hubungannya dengan karya al-Ghazali dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok kitab yang dapat dipastikan sebagai karya al-Ghazali yang terdiri atas 72 buah kitab. Kedua, kelompok kitab yang diragukan sebagai karyanya yang asli terdiri atas 22 kitab. Ketiga, kelompok kitab yang dapat dipastikan bukan karyanya, terdiri atas 31 buah kitab.

Mengenai kitab-kitab yang ditulis oleh al-Ghazali meliputi bidang ilmu yang populer pada zamannya, di antaranya tentang tafsir al-Qur’an, ilmu kalam, ushul fiqh, fiqih, tasawuf, mantiq, falsafat, dan lainnya.

Mengenal Filsuf Al-Ghazali

Nama asli Imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali. Lahir di Thusi daerah Khurasan wilayah Persia tahun 450 H (1058 M). Pekerjaan ayah Imam Ghazali adalah memintal benang dan menjualnya di pasar-pasar. Ayahnya termasuk ahli tasawuf yang hebat, sebelum meninggal dunia, ia berwasiat kepada teman akrabnya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar Rozakani agar dia mau mengasuh al-Ghazali. Maka ayah Imam Ghazali menyerahkan hartanya kepada ar-Rozakani untuk biaya hidup dan belajar Imam Ghazali. Ia wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun.

Senin, 05 Desember 2016

Mengenal Aristoteles

Aristoteles terkenal  sebagai bapak logika, tapi tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada logika. Aristoteleslah orang pertama yang memberikan uraian secara sistematis tentang Logika.
Logika adalah ilmu yang menuntun manusia untuk berfikir yang benar dan bermetode. Dengan kata lain logika adalah suatu cara berfikir yang secara ilmiah yang membicarakan bentuk-bentuk fikiran itu sendiri yang terdiri dari pengertian, pertimbangan dan penalaran serta hukum-hukum yang menguasai fikiran tersebut.
Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bahagian;
a.       Ilmu pengetahuan praktis, yang meliputi etika dan politik
b.      Ilmu pengetahuan produktif, yaitu teknik dan seni.
c.       Ilmu pengetahuan teoritis yang meliputi phisika, matematika dan filsafat.

Cara Mempelajari Filsafat

Isi filsafat ialah buah pikiran filosif. Bagaimana cara mempelajarinya?. Pertama sekali perlu kiranya diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itudisebabkan pertama oleh luasnya obyek penelitian (obyek materia) filsafat, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Sebablain ialah filsafat adalah cabangpengetahuan yang tertua. Dan sebab ketiga adalah pendapat filosof tidak ada yang tidak layak dipelajari, tidak ada filsafat yang ketinggalan zaman.
Ada tiga macam metode mempelajari filsafat:

Empat Sumber Ilmu

1. Rasionalisme 
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Menusia memperoleh penegetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Kaum rasionalis mempergunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang digunakan dalam penalarannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah cipataan pikiran manusia. Prinsip itu sendiri itu sudah ada jauh sebelim manusia berusaha memikirkannya fungsi pikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuannya. Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat arpiori dan dapat diketahiu oleh manusia lewat kemammpuan berfikir rasionalnya. Pengalamn tidaklah membuahkan prinsip dan justru sebaliknya, hanya dengan mengetahui prinsip yang dapat lewat penalaran rasional itulah maka kita daapt mengerti kejadian-kejadian yang berlakudalam alam sekitar kita. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bbagus kaum rasionalis adalah bersifat apriori dan pra pengalaman yang didapatkan manusia lewat penalaran rasional. 

10 Hal Aneh Dilakukan Oleh Filsuf Terkenal

Sering kita bayangkan seorang filsuf pastilah orang yang bijaksana dan berpengetahuan luas. Tetapi tahukan anda ada hal – hal aneh yang dilakukan oleh para Filsuf besar?
Dibawah ini adalah 10 Hal Gila Dilakukan Oleh Filsuf Terkenal

Tujuan Hidup Kita diciptakan di Dunia

Allah Ta’ala sudah menjelaskan dengan sangat gamblangnya di dalam Al Qur’an apa yang menjadi tujuan kita hidup di muka bumi ini. Cobalah kita membuka lembaran-lembaran Al Qur’an dan kita jumpai pada surat Adz Dzariyat ayat 56. Di sana, Allah Ta’ala berfirman,

Minggu, 04 Desember 2016

Sertifikat Seminar Filsafat


Asal Usul Situ Rawa Arum di Kota Cilegon

    Situ Rawa Arum terletak di Lingkungan Tegalwangi, Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Grogol yang tampaknya mulai terbengkalai. Dimana, kawasan yang sebelumnya direncanakan sebagai lokasi wisata miniatur Ancol bagi warga Cilegon itu dipenuhi dengan bunga teratai dan eceng gondok. Situ Rawa Arum yang memiliki luas sekitar 12 hektare dengan panorama pegunungan yang indah dan lalu lalang kendaraan roda empat di tol Cilegon-Merak berubah menjadi seperti rawa tidak terurus. Genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alamiah itu, kini sebagian tertutup oleh tanaman mengapung seperti teratai dan eceng gondok.

Filosofi Landmark Kota Baja

Bloggers, apa yang selalu kamu lakukan jika berkunjung ke suatu kota? Berkunjung ke ikon kota, kan? kali ini saya akan mengajakmu berkunjung kota di ujung Barat Pulau Jawa atau di tepi Selat Sunda, Kota Cilegon. Konon, kota ini sudah memiliki ikon atau landmark. Tugasmu sekarang adalah mengarahkan kendaraanmu ke Simpang Tiga Cilegon.

Sekilas sih kamu mungkin akan mempertanyakan bangunan apa yang berada di tengah Simpang Tiga itu. Apalagi bangunan yang diresmikan pada 2015 lalu itu pun sering dijadikan tempat nongkrong kawula muda Cilegon. Entah untuk sekadar duduk sambil bermain gadget, atau berkumpul dengan teman-teman, bahkan tempat pacaran. Karena sering dijadikan tempat nongkrong inilah, tidak jarang ditemui sampah yang ditinggalkan begitu saja.

Jumat, 02 Desember 2016

Ini Biodata Nabi Muhammad SAW, Sudah tau?

Nama : Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
Tarikh lahir : Subuh hari Isnin, 12 Rabiulawal bersamaan 20 April 571 Masehi (dikenali sebagai Tahun Gajah; sempena peristiwa tentera bergajah Abrahah yang menyerang kota Kaabah).
Tempat lahir : Di rumah Abu Talib, Makkah Al-Mukarramah.
Nama bapa : Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hashim.
Nama ibu : Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf.
Pengasuh pertama : Barakah Al-Habsyiyyah (digelar Ummu Aiman. Hamba perempuan bapa Rasulullah SAW).
Ibu susu pertama : Thuwaibah (hamba perempuan Abu Lahab).
Ibu susu kedua : Halimah binti Abu Zuaib As-Saadiah (lebih dikenali Halimah As-Saadiah. Suaminya bernama Abu Kabsyah).

Kisah Tentang Keajaiban Istighfar yang Menggetarkan

Lafadz Istighfar merupakan salah satu dzikir untuk memohon ampun kepada Allah. Biasanya setelah sholat, umat muslim tidak akan melewatkan untuk mengucapkan kalimat Astagfirullah Hal Adzim tersebut.

Harapannya, Istighfar mampu menghapuskan dosa-dosa yang diperbuat. Ternyata, tidak hanya untuk memohon ampunan, kalimat dzikir yang sering diucapkan Nabi Muhammad ini juga memiliki banyak keutamaan lain jika diamalkan.

Kisah-kisah berikut menceritakan bagaimana ajaibnya amalan Istighfar dalam kehidupan. Mulai dari kisah pedagang roti yang ingin bertemu dengan Imam Ahmad, Bagaimana lengkapnya? Berikut ulasannya.

Jangan Pernah Melakukan Ini di Kamar Mandi

Pernahkah Anda bermandi lama-lama di kamar mandi? Atau Anda pernah melakukan beberapa hal berikut ini? Cermati baik-baik yahh, apaakibatnya bila anda berlama-lama di kamar mandi..
Harus Di baca Buat Yang Suka Mandi Sambil Bernyanyi
".. Mandi/Kamar Mandi.. "
Siapa yang suka mandi sambil menyanyi!!!
ada yg sayang nih bila dilewatkan, yuk baca :

Dalam satu hadist, Rasulullah menceritakan bahwa Iblis memohon rumah pada Allah seperti Allah memberi rumah pada anak adam untuk berada di bumi.
" Ya Allah, Adam serta keturunannya Engkau berikan rumah di bumi, maka berilah juga aku rumah..!! " Kata Iblis... Allah berfirman,, " Rumahmu yaitu kamar mandi atau tandas " (HR. Bukhari)

Dari situlah lalu Iblis juga menggoda tiap-tiap orang yang masuk tempat tinggalnya yang berbentuk kmr mandi..

Ketika Kita Jatuh Cinta

Tak pernah salah ketika ia tiba-tiba hadir untuk membahagiakan.
Tak pernah salah ketika ia datang untuk menghapus masa lalu yang penuh dengan kesedihan.
Terkadang ia hadir karena sebuah ketidaksengajaan.
Atau bahkan memang dianggap hanya sebuah kebetulan.
Karena perasaan muncul dari kebiasaan yang seakan menyatukan kedua insan.
Atau keadaan-keadaan yang memang dianggap tak sengaja Allah pertemukan.
Sebuah kejadian yang menimbulkan rasa kebersamaan.
Hingga timbullah sebuah rasa yang diartikan sebagai kerinduan.
Fitrahnya memang begitu, menolak pun kadang tak bisa bukan?

Peranan Filsafat dalam Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran matematika sejak dini siswa sudah di didik untuk menggunakan logika sehari-hari yang tentunya akan menjadi lebih mudah bagi siswa dalam menerima dan memahami pelajaran matematika. Penyampaian materi pelajaran matematika menjadi sangat menarik dan lebih diutamakan dengan bimbingan guru. Dengan ini siswa mampu menemukan konsep dan rumus-rumus matematika dasar sehingga siswa sangat menyukai dan menumbuhkan semangat eksplorasi dunia angka, bilangan dan konsep matematika yang lebih rumit
            Penyampaian suatu materi pelajaran matematika akan menjadi sedikit lebih lama dibandingkan penyampaian materi dengan metode biasa (konvensional). Namun, dengan implementasi filsafat sebagai latar belakang lahirnya suatu konsep matematika, maka setiap siswa diharapkan mampu dan mau mempelajarinya sampai tuntas dan mencintai matematika dengan lebih mendalam. Menurut Bakhtiar (2004) manfaat yang ditimbulkan dari implementasi filsafat matematika pada pelajaran matematika di sekolah yaitu nilai pelajaran matematika akan meningkat. Bukan itu saja, kecintaan siswa pada pelajaran matematika menjadi lebih nyata dan jauh dari abstrak (bisa menjawab soal tapi tidak memahami konsepnya!)

Apasaja Aliran Besar dalam Filsafat Matematika

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Aliran besar yang mempengaruhi perkembangan matematika, termasuk perkembangan pendidikan matematika, yakni:

Empat Zaman di Barat Mengenai Filsafat

1.      Zaman yunani kuno
Matematika Yunani merujuk pada matematika yang ditulis di dalam bahasa Yunani antara tahun 600 SM sampai 300 M.
Tokoh-tokoh filsafat matematika yang populer pada masa itu ialah Thales dan Pythagoras. Thales dari Miletus (kira-kira 624 sampai 546 SM) dan Pythagoras dari Samos (kira-kira 582 sampai 507 SM). Meskipun perluasan pengaruh mereka dipersengketakan, mereka mungkin diilhami oleh Matematika Mesir danBabilonia. Menurut legenda, Pythagoras bersafari ke Mesir untuk mempelajari matematika, geometri, dan astronomi dari pendeta Mesir.
Thales menggunakan geometri untuk menyelesaikan soal-soal perhitungan ketinggian piramida dan jarak perahu dari garis pantai. Dia dihargai sebagai orang pertama yang menggunakan penalaran deduktif untuk diterapkan pada geometri.
Pythagoras mendirikan Mazhab Pythagoras, yang mendakwakan bahwa matematikalah yang menguasai semesta dan semboyannya adalah "semua adalah bilangan". Mazhab Pythagoraslah yang menggulirkan istilah "matematika", dan merekalah yang memulakan pengkajian matematika. Mazhab Pythagoras dihargai sebagai penemu bukti pertama teorema Pythagoras, meskipun diketahui bahwa teorema itu memiliki sejarah yang panjang, bahkan dengan bukti keujudan bilangan irasional.

Sejarah Ilmu Matematika di Barat

Di dunia ini banyak sekali sejarah dalam kehidupan kita. Salah satunya sejarah dan ilmu matematika. sejarah dalam bidang matematika ini juga meliputi banyak hal, misalnya saja sejarah perkembangan matematika di suatu daerah, sampai dengan penemuan-penemuan dalam bidang matematika oleh para ahli matematikawan dunia.
Sejarah ilmu matematika berkembang sesuai dengan zamannya. Sebagai contoh, pada tahun 2000 SM sampai dengan 300 M, telah muncul Ilmu Hitung, Geometri, dan Logika. pada 300 M sampai dengan 1400 M telah berkembang teori bilangan, Geometri Analitik, Aljabar, dan Trigonometri. Serta sejarah matematika ilmu sampai abad ke-20 yang melahirkan tentang Logika matematika,Geometri non Euclid, dan lain-lain.

Biografi Anaxagoras beserta Penemuannya

Anaxagoras dilahirkan di Clazoneanar. Sama seperti Thales, tidak diketahui tahun pasti kelahiran beliau. Anaxoras terkenal dengan rasa ingin tahu ayng besar sehingga membuatnya banyak menguasai matematika dan filsafat waktu itu. Salah satu guru dari Anaxagoras ini dikenal Thales. 

Biografi Phytagoras beserta Penemuannya

Phytagoras dikenal lahir dari pulau Samos. Pulau ini terletak di negara Yunani. Phytagoras diperkirakan lahir pada 580 BC. Hampir sama dengan Thales, Phytagoras sering melakukan perjalanan untuk menuntu ilmu ke negeri Mesir dan Babilonia. Bahkan dalam suatu riwayat, pernah disampaikan Phytagoras pernah mencapai negeri India untuk belajar. 
Semasa hidupnya Phytagoras dikenal banyak menjalin hubungan baik dengan para ahli matematika lainnya. Phytagoras jua dikenal memiliki aliran mistik dan penganut ilmu kebatinan. Aliran ini banyak diikuti orang dan para pengikutnya disebut Phytagorean. 

Biografi Thales beserta Penemuannya

Thales dikenal lahir di Militus, sebuah kota di Asia kecil.Tahun kelahirannya memang tak diketahui pastinya. Diperkirakan dia hidup pada tahun 624 BC. Thales diperkirakan berumur 78 taun. Thales dikenal sebagai ahli filsafat, ahli matematika juga ahli astronomi dan fisika. Konon pekerjaan harian Thales adalah seorang pedagang. Dalam urusan dagang Thales sering melakukan perjalan hingga daerah Mesir dan Babylonia. Dengan demikian, ini juga memberikan kesempatan unuk menuntut ilmu sambil melakukan perjalanan. 

Jenis Filsafat

1. Filsafat sosial, yang mengkaji manusia dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial
2. Filsafat biologi, yang menelitimanusia dengan unsur raganya
3. Filsafat antropologi, meneliti manusia dengan unsur kesatuan jiwa dan raganya
4. Filsafat etika, meneliti manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan buruk
5. Filsafat estetika, yang mengkaji manusia dari unsur raganya
6. Filsafat agama, mengkaji manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap suprnatural, dan lain-lain.

Apasajakah Ciri dari Filsafat?

1. Filsafat sebagian ilmu, yaitu  bahwa filsafat berusaha untuk mencari tentang hakikat atau inti dari suatu hal. Hakikatnya ini sifatnya sangat dalam dan hanya dapat dimengerti oleh akal. Untuk mencari pengetahuan hakikat, haruslah dilkukan dengan abstraksi, yaitu semua perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang secara kebetulan, sehinggan akhirnya muncul substansi  sifat mutlak)

Pola Pendekatan yang Merusak

Di sini tidak mungkin membahas secara kongkret cara-cara perlakuan alam yang perlu diubah, melainkan yang dicari adalah kesalahan dasar dalam sikap manusia. Dimana kesalahan dalam pendekatan manusia terhadap alam sehingga ia semakin merusaknya?
1. Sikap Teknokratis
Pola pendekatan manusia modern terhadap alam dapat disebut teknokratis (dari kata Yunani "tekne", dan "krattein", menguasai). Artinya, manusia memandang alam sebagai objek penguasaan. Alam menjadi sekadar sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia. Alam menjadi dianggap tambang kekayaan dan energi yang perlu dieksploitasi atau dimanfaatkan. Bahwa alam bernilai pada dirinya sendiri dan oleh karenanya yang perlu dipelihara, tidak termasuk ke dalam wawasan teknokratis. Sikap teknokratis dapat diringkas sebagai sikap "merampas dan membuang": alam dibongkar untuk mengambil apa saja yang diperlukan, dan apa yang tidak diperlukan, termasuk produk-produk samping pekerjaan manusia, begitu saja dibuang.

Tanggung Jawab Lingkungan Hidup

Karangan ini, selain menegaskan betapa besar tanggung jawab kita generasi sekarang terhadap keutuhan lingkungan hidup di bumi ini, mau menunjukkan bahwa tanggung jawab itumenunjukkan jadi tantangan bagi umat beragama, khususnya umat kristiani untuk mengubah sikap tradisional mereka terhadap ciptaan alamiah karena sikap itu tidak memadai lagi.
Baru sejak kurang lebih 20 tahun umat manusia mulai menyadari bahwa ia berada dalam proses penghancuran alam, dan bahwa alam itu adalah lingkungan hidup manusia, malahan satu-satunya lingkungan hidupnya. Sehingga apabila lingkungan ini sudah rusak, manusia telah menhancurkan lingkungan daripadanya ia harus hidup sendiri. 

Perdamaian sebagai Nilai

Bukan secara etis saja pemecahan konflik secara paksa harus dinilai negatif. Dari segi keberlangsungan kehidupan umat manusia, setiap perkelahian merupakan ancaman. Pada anak atau binatang (yang masih murni digerakkanCVinsting) kelihatan bahwa perkelahian dalam dinamikanya yang sebenarnya menuju pembunuhan. Itulah sebabnya hanya jenis-jenis binatang yang pada waktunya mengembangkan mekanisme instinktual untuk mengerem agresi dapat mempertahankan diri melalui seleksi survival of the fittest dimasukkan ke kandang tikus tentu akan dibunuh. Sebaliknya, serigala jantan yang kalah berkelahi, menyerah; dengan demikian ia "merangsang" insting pengerem insting pembunuh dalam pemenang dan dengan demikian dibiarkan hidup dan dapat memperkuat kelompoknya. 

Apa itu Konflik?

Tantangan bagi perdamaian adalah konflik. Demi kejelasan argumentasi selanjutnya di sini saya membedakan antara "konflik" sebagai paham yang lebih umum di satu pihak dan "konflik terbuka" dan perkelahian di lain pihak. Konflik saya pahami sebagai situasi interaktif yang dapat menimbulkan konflik terbuka berupa tabrakan, perkelahian, atau perang. Dengan mengesampingkan konflik yang (atau: sejauh ia) bersifat subjektif [dalam arti tersebut di atas] konflik merupakan kondisi manusia yang tak terelakkan. Adanya konflik berarti ada perbedaan paham atau alternatif alternatif bertindak atau kepentingan-kepentingan yang saling mengecualikan.