Isi filsafat ialah buah pikiran filosif. Bagaimana cara mempelajarinya?. Pertama sekali perlu kiranya diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itudisebabkan pertama oleh luasnya obyek penelitian (obyek materia) filsafat, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Sebablain ialah filsafat adalah cabangpengetahuan yang tertua. Dan sebab ketiga adalah pendapat filosof tidak ada yang tidak layak dipelajari, tidak ada filsafat yang ketinggalan zaman.
Ada tiga macam metode mempelajari filsafat:
Metode Sistematis
Metode sistematis berarti pelajar menghadapi karya filsafat.Misalnya mula-mula pelajar menghadapi teori pengetahuan yang terdiri atasbeberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang lain. Kemudian ia mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat. Tatkala membahas setiapcabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada periode.
Metode Historis
Metode historis digunakan bila para pelajar mempelajari filsafatdengan cara mengikuti sejarahnya, jadi sejarah pemikiran. Ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah,misalnya dimulai dari membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori.
Metode Kriris
Metode kriris digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. Pelajaran filsafat pada tingkat sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini. Di sini pengajaran filsafat dapat mengambilpendekatan sistematis ataupunhistoris. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat filosof lain.
Dalam belajar filsafat ada aturan yang disarankan untuk diterapkan sejak awal, hukum itu berbunyi:
“…apa arti gagasan-gagasan merekauntuk para filsuf itu sendiri, apa nilai gagasan-gagasan itu dalam diri sendiri dan apa nilainya bagi kita: itulah ketiga pertanyaaan yang senantiasa harus diajukan orang dalam menyelidiki sejarah filsafat, meskipun secara didaktis atau eksplisit tidak selalu mungkin atau tidak selalu perlu diajukan secara terpisah…”
Lewat cara ini, semua murid dianjurkan secara bebas untuk mengaitkan seluruh pemikiran dengan kondisi dirinya, dengan kesadaran dan hasratnya yang murni. Pada titik ini, ungkapan Wittgenstein, “Filsafat bukan ajaran melainkan suatu usaha” menjadi terasa. Filsafat bukan ajaran karena itu kita tak langsung harus percaya dan membelanya mati-matian, filsafat adalah usaha untuk menemukan kebenaran berdasarkan diri sendiri setalah bercermin dari kebenaran yang telah teruji.
sumber:
Ali Saifullah, 1997, Antara Filsafat dan Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional. HLM. 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar