Minggu, 04 Desember 2016

Filosofi Landmark Kota Baja

Bloggers, apa yang selalu kamu lakukan jika berkunjung ke suatu kota? Berkunjung ke ikon kota, kan? kali ini saya akan mengajakmu berkunjung kota di ujung Barat Pulau Jawa atau di tepi Selat Sunda, Kota Cilegon. Konon, kota ini sudah memiliki ikon atau landmark. Tugasmu sekarang adalah mengarahkan kendaraanmu ke Simpang Tiga Cilegon.

Sekilas sih kamu mungkin akan mempertanyakan bangunan apa yang berada di tengah Simpang Tiga itu. Apalagi bangunan yang diresmikan pada 2015 lalu itu pun sering dijadikan tempat nongkrong kawula muda Cilegon. Entah untuk sekadar duduk sambil bermain gadget, atau berkumpul dengan teman-teman, bahkan tempat pacaran. Karena sering dijadikan tempat nongkrong inilah, tidak jarang ditemui sampah yang ditinggalkan begitu saja.


Duh! Sayang banget ya. Padahal, bangunan yang desainnya dibuat oleh Wira Niaga Sejahtera, pemenang ke-2 sayembara desain sepuluh tahun lalu ini, menghabiskan biaya 3 milyar. Ini tentu bukan biaya kecil untuk tempat yang kamu dikotori, bloggers. Selain itu, bangunan ini juga merangkum seluruh karakteristik yang Kota Cilegon yaitu Kota Industri, Kota Pelabuhan, dan Kota Religi.

Kalau kamu mengotori tempat ini, sama saja dengan mengotori seluruh Kota Cilegon, bloggers. Nggak percaya? Mendingan kita preteli bangunan yang menjadi icon kota ini. Tentu saja bukan dalam arti yang sesungguhnya, bloggers. Kita lihat filosofi apa yang tertanam di tempat  ini, sampai kamu kapok buat menyampah lagi.

Dari bentuknya yang menjulang seperti mercusuar mengartikan bahwa Cilegon dekat lalu lintas dan aktivitas pelayaran. Jembatan di tengah poros lingkaran landmark yang menerima cahaya mercusuar dan menerangi seluruh bagian, itu menandakan peta pembangunan yang menyeluruh hingga ke peloksok Kota Cilegon.Bentuk dasar landmark berupa lingkaran dengan pola roda atau putaran mesin. Ini merujuk pada simbol poros kehidupan Kota Cilegon yang menjadi Kota Industri. Ada taman kecil dengan tanaman yang hidup di dalam setiap poros, ini menandakan bahwa Cilegon juga berwawasan lingkungan.

Bagian atap berbentuk mercusuar yang dipadu dengan bentuk kubah mengandung arti bahwa selain kota pelabuhan, Cilegon juga merupakan kota religius. Tiang yang kokoh di tengah lingkaran itu terbuat dari baja IWF yang menyerupai pohon dengan 6 cabang. Ini merujuk pada sebutan lain Kota Cilegon yaitu Kota Baja, karena Cilegon merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Sedangkan 6 cabang itu merupakan simbol dari 6 visi dan misi Kota Cilegon.
Selain itu, 8 tiang yang menopang landmark merujuk pada 8 wilayah kecamatan yang ada di Kota Cilegon, yaitu Kecamatan Cilegon, Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Pulomerak, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Grogol, Kecamatan Purwakarta, Kecamatan Citangkil dan Kecamatan Jombang. Sedangkan gunungan yang berada di bawah tiang utama merupakan siluet dari gunung Krakatau yang berpusat pada kolam di bawahnya. Hal ini mengambarkan potensi sumber daya alam yang dimiliki Kota Cilegon.

Kalau sudah tahu filosofinya, apa kamu masih berani menunda sampah di sana, bloggers? Jangan dong, please.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar